
Pantau - Perbedaan kualitas gizi antara daging sapi lokal dan impor dipengaruhi oleh sejumlah faktor penting, mulai dari perawatan, jenis pakan, hingga proses pemotongan hewan.
Faktor Perawatan dan Jenis Pakan
Ahli Gizi Olahraga lulusan Universitas Oklahoma, Emilia Achmadi, menjelaskan bahwa dari sisi kandungan protein, perbedaan antara sapi lokal dan impor tidak terlalu signifikan.
Namun, perbedaan kandungan lemak dapat cukup jauh bergantung pada cara pemeliharaan dan pola makan sapi.
“Sapi yang dirawat dengan baik bisa tumbuh besar hingga beratnya mencapai sekitar 500 kilogram dan menghasilkan daging dengan protein berkualitas tinggi,” ungkap Emilia.
Ia menambahkan bahwa jenis pakan juga memengaruhi kualitas gizi daging.
Sapi grass fed atau pemakan rumput segar memiliki kandungan omega-3 lebih tinggi dibanding sapi grain fed atau pemakan biji-bijian.
“Jadi, lemak esensialnya, demografinya akan sedikit berbeda, makanya (sapi yang memakan) rumput segar itu selalu dikatakan sebagai daging merah yang lebih sehat, hanya karena kecenderungan omega 3-nya relatif lebih tinggi. Kemudian ada lemak jenuh juga, yang namanya conjugated linoleic acid (CLA),” jelasnya.
CLA atau conjugated linoleic acid merupakan jenis lemak jenuh yang membantu memproduksi energi dan sangat baik bagi orang yang aktif berolahraga.
Selain faktor pakan dan perawatan, Emilia menuturkan bahwa proses memasak juga berpengaruh pada hasil akhir daging.
Menurutnya, daging yang keras dan tidak berkualitas sulit dijadikan hidangan seperti steak.
Proses Pemotongan dan Lingkungan Sapi
Ditemui secara terpisah, Chef Owner Silk Bistro, Freedie Salim, menilai bahwa daging sapi impor, terutama dari Australia, memiliki kualitas unggul karena pemeliharaan sapi dilakukan dengan memperhatikan kenyamanan hewan.
“Sapi di Australia dibiarkan hidup bebas di padang rumput organik dekat laut sehingga tidak mengalami stres,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa sebelum proses pemotongan, sapi yang baru menempuh perjalanan jauh diberi waktu istirahat terlebih dahulu.
“Mereka secepat mungkin dibuat mati bisa dengan stun, lalu langsung tergeletak, tapi tidak langsung disayat. Sapi digantung dulu, lalu dikuliti baru diturunkan,” jelas Freedie.
Sementara itu, di Indonesia proses pemotongan sapi dilakukan berdasarkan tata cara keagamaan.
“Saya tidak membahas ajarannya, tapi begitu daging sapi langsung dibabat, dia jadi stres dan itu yang membuat daging menjadi keras,” tambahnya.
Freedie menyimpulkan bahwa perbedaan kualitas daging sapi disebabkan oleh banyak faktor, antara lain cara potong, jenis pakan, lingkungan, serta metode perawatan sapi yang berbeda antara negara.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti