
Pantau - Dua prajurit TNI yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB (UNIFIL) di Lebanon Selatan terluka setelah serangan oleh tank Merkava milik Tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menghantam menara observasi di markas UNIFIL, Naqoura. Serangan tersebut terjadi pada Kamis (10/10/2024) saat Israel terlibat bentrokan dengan kelompok Hizbullah di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel.
Menurut UNIFIL, serangan tank tersebut menyebabkan kerusakan pada menara observasi, yang membuat dua personel TNI terjatuh. Meskipun luka-luka yang dialami tidak serius, mereka tetap dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Hariyanto menyatakan bahwa kedua prajurit tersebut terkena pecahan proyektil yang mengenai kaki mereka, namun kondisinya telah stabil dan luka yang diderita tergolong ringan.
Kecaman Internasional atas Serangan Terhadap Pasukan Perdamaian
Serangan ini memicu gelombang kecaman dari komunitas internasional, termasuk dari Kepala Uni Eropa, Charles Michel, yang menyatakan bahwa serangan terhadap pasukan perdamaian PBB merupakan tindakan yang "tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diterima". Michel menyerukan kepada Israel dan semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk menghormati hukum humaniter internasional yang melindungi pasukan perdamaian.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dalam pertemuan ASEAN-AS di Vientiane, Laos. Dalam kesempatan tersebut, Retno menekankan pentingnya menjaga multilateralisme dan menghormati misi PBB. Serangan terhadap UNIFIL, menurut Retno, adalah pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan merupakan ancaman bagi simbol perdamaian internasional yang diwakili oleh pasukan berhelm biru PBB.
Permintaan Perlindungan kepada Dewan Keamanan PBB
Indonesia melalui Menlu Retno juga menyerukan agar Amerika Serikat, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, memberikan jaminan perlindungan bagi UNIFIL. Indonesia menegaskan bahwa dunia tidak boleh tinggal diam saat pasukan perdamaian yang bertugas di bawah naungan PBB diserang secara langsung dalam menjalankan misinya.
Serangan ini juga menyoroti risiko tinggi yang dihadapi oleh pasukan perdamaian yang bertugas di wilayah-wilayah konflik. Indonesia, sebagai salah satu kontributor utama dalam misi UNIFIL, mendesak tindakan lebih lanjut dari komunitas internasional untuk memastikan bahwa pasukan perdamaian dapat melaksanakan tugasnya tanpa ancaman dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
Dengan situasi di perbatasan Lebanon-Israel yang semakin memanas, perhatian dunia kini tertuju pada langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil untuk melindungi pasukan PBB dan memastikan mereka tetap dapat menjalankan misi perdamaian dengan aman.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah