
Pantau - Para pejuang pemberontak Suriah melaporkan kepada AFP bahwa mereka menemukan sekitar 40 jasad yang menunjukkan tanda-tanda bekas penyiksaan di ruang mayat sebuah rumah sakit dekat Damaskus pada Senin (9/12/2024).
Puluhan jasad itu ditemukan terbungkus kantong plastik dengan angka dan nama yang tertulis di atasnya.
“Saya membuka pintu ruang mayat dengan tangan saya sendiri, dan itu adalah pemandangan yang mengerikan: sekitar 40 mayat tergeletak dengan tanda-tanda penyiksaan yang sangat mengerikan,” ungkap Mohammed Al-Hajj, seorang pejuang dari faksi pemberontak di bagian selatan negara itu, kepada AFP melalui telepon dari Damaskus, dikutip Selasa (10/12/2024).
AFP melihat puluhan foto dan rekaman video yang menurut Hajj diambilnya sendiri. Rekaman tersebut menunjukkan puluhan jasad dengan tanda-tanda bekas penyiksaan yang jelas: mata dan gigi yang dicungkil, darah yang bercipratan, serta memar di sekujur tubuh.
Video yang diambil di Rumah Sakit Harasta juga memperlihatkan sepotong kain yang berisi tulang, sementara tulang rusuk tubuh yang membusuk tampak melalui kulitnya.
Puluhan mayat ini terbungkus kantong plastik putih atau kain putih, beberapa di antaranya tampak ternoda darah. Setiap jasad memiliki tanda berupa kain atau pita perekat dengan angka atau nama yang tertulis di atasnya.
Beberapa mayat tampaknya baru saja dibunuh, sementara yang lainnya mengenakan pakaian, namun sebagian besar telanjang.
Pada Minggu (8/12/2024), pemberontak yang dipimpin kelompok Islam berhasil merebut kekuasaan, menggulingkan Presiden Bashar al-Assad yang telah memerintah Suriah dengan tangan besi selama lebih dari lima dekade.
Di bawah rezim Assad, sebuah jaringan penjara dan pusat penahanan brutal digunakan untuk menghancurkan oposisi dengan menahan siapa saja yang dianggap melawan garis Partai Baath yang berkuasa.
"Ribuan orang mengharapkan dapat bertemu dengan kerabat mereka yang hilang di penjara-penjara Assad berkumpul pada Senin malam di depan penjara Saydnaya yang terkenal di luar Damaskus," demikian disampaikan koresponden AFP.
Hajj mengatakan, para pejuang menerima informasi dari seorang pekerja rumah sakit tentang jasad-jasad yang dibuang di sana.
“Kami melaporkan temuan ini kepada komando militer dan berkoordinasi dengan Bulan Sabit Merah Suriah, yang kemudian membawa jasad-jasad itu ke rumah sakit di Damaskus agar keluarga-keluarga bisa datang untuk mengidentifikasi mereka,” tambahnya.
Diab Serriya, salah satu pendiri Asosiasi Tahanan dan Orang Hilang di Penjara Saydnaya (ADMSP), membeberkan kepada AFP bahwa puluhan jasad itu kemungkinan besar adalah tahanan dari penjara Saydnaya.
“Rumah Sakit Harasta menjadi pusat utama untuk mengumpulkan jasad-jasad para tahanan,” ujarnya.
“Jasad-jasad tersebut dikirim ke sana dari penjara Saydnaya atau Rumah Sakit Tishrin, lalu dari Harasta, mereka akan dipindahkan ke kuburan massal,” tambahnya.
“Penting untuk mendokumentasikan apa yang kami lihat dalam video ini.”
Menurut pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris, setidaknya 60 ribu orang telah tewas akibat penyiksaan atau kondisi mengerikan di pusat penahanan milik Assad.
Sejak dimulainya konflik, pemerintah Presiden Bashar al-Assad telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia(HAM), termasuk penyiksaan, pemerkosaan, dan eksekusi tanpa pengadilan.
Hajj berharap agar upaya sekarang lebih fokus pada “mengungkapkan kejahatan yang dilakukan oleh Assad di penjara-penjara dan pusat-pusat penahanan” selama masa transisi ini.
“Kami berharap Assad akan dimintai pertanggungjawaban sebagai penjahat perang,” tandasnya.
Baca juga:
- Penulis :
- Khalied Malvino