billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Gedung Putih: Perjanjian Gencatan Senjata Lebanon-Israel Diperpanjang

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Gedung Putih: Perjanjian Gencatan Senjata Lebanon-Israel Diperpanjang
Foto: Seorang pria menggendong korban luka tembak oleh pasukan Israel di pinggiran desa Kfar Kila, Lebanon selatan, Minggu (26/1/2025). (Getty Images)

Pantau - Amerika Serikat (AS) mengumumkan perjanjian gencatan senjata antara Lebanon dan Israel diperpanjang hingga 18 Februari 2025.

Baca juga: Dua Hari Jelang Tenggat Tarik Pasukan, Israel Invasi Lebanon Selatan

Pernyataan ini dikeluarkan pada Minggu (26/1/2025), setelah Israel sebelumnya menyatakan akan mempertahankan pasukannya di wilayah selatan Lebanon, melampaui batas waktu 26 Januari yang ditetapkan dalam gencatan senjata yang dimediasi AS. Gencatan senjata ini mengakhiri perang dengan Hizbullah pada tahun 2024.

"Pengaturan antara Lebanon dan Israel, yang dipantau oleh Amerika Serikat, akan terus berlaku hingga 18 Februari 2025," demikian pernyataan resmi Gedung Putih.

Pernyataan ini memberikan kepastian sementara di tengah meningkatnya ketegangan di perbatasan. Situasi di selatan Lebanon memanas pada Minggu (26/1/2025), saat pasukan Israel dilaporkan menewaskan 22 orang.

Kejadian ini terjadi setelah batas waktu penarikan pasukan Israel berakhir, dan ribuan warga Lebanon mencoba kembali ke rumah mereka meskipun ada perintah evakuasi dari militer Israel. Otoritas Lebanon juga menyampaikan, salah satu korban tewas adalah satu tentara Lebanon.

Militer Lebanon, yang didukung AS, menuduh Israel sengaja mengulur-ulur waktu dalam proses penarikan pasukannya. Ketegangan ini semakin memperburuk hubungan kedua negara.

Konflik Hizbullah-Israel terjadi bersamaan dengan perang Gaza, mencapai puncaknya dalam serangan besar Israel yang mengakibatkan lebih dari 1 juta warga Lebanon mengungsi. Perang itu juga melemahkan kelompok Hizbullah yang didukung Iran.

Baca juga: PBB Temukan Lebih dari 100 Gudang Senjata Hizbullah di Lebanon

Pihak Israel belum memberikan keterangan resmi mengenai berapa lama pasukan mereka akan tetap berada di selatan Lebanon. Militer Israel mengklaim kehadirannya bertujuan untuk menyita senjata Hizbullah dan menghancurkan infrastrukturnya.

Israel juga menyatakan serangan terhadap Hizbullah bertujuan untuk mengamankan kembalinya puluhan ribu warga Israel yang terpaksa meninggalkan rumah mereka di perbatasan akibat serangan roket Hizbullah.

Hizbullah memulai serangannya untuk mendukung sekutu Palestina mereka, Hamas, pada awal perang Gaza pada 7 Oktober 2023.

Selain perpanjangan perjanjian gencatan senjata, Gedung Putih juga mengumumkan pemerintah Lebanon, Israel, dan AS akan memulai negosiasi terkait "pemulangan tahanan Lebanon yang ditangkap setelah 7 Oktober 2023."

Langkah ini diharapkan dapat meredakan ketegangan dan membuka jalan bagi perdamaian yang lebih langgeng.

Sumber: REUTERS

Penulis :
Khalied Malvino