
Pantau - Suasana pagi di desa-desa Lebanon selatan kini terusik oleh dengungan drone Israel yang tak henti-hentinya melintasi langit, memunculkan ketegangan dan gangguan psikologis bagi warga sipil, termasuk anak-anak.
Di Mays El Jabal, Hassan Nasser, seorang warga setempat, mengaku terbangun setiap hari karena suara drone yang berputar-putar di atas rumahnya.
“Kami terbangun karena suara drone. Rasanya langit bukan lagi milik kami”, ujarnya.
Ketakutan Warga dan Dampak Langsung di Kehidupan Sehari-hari
Hassan juga menyampaikan bahwa anak-anaknya sangat terdampak secara emosional saat drone terbang rendah.
“Anak-anak saya khususnya menjadi sangat terdampak. Saat drone terbang rendah di atas rumah kami, rasanya seperti kami sedang disorot”, katanya.
Dengungan drone terdengar dari jalan setapak Houla hingga ladang gandum Majidiyeh, mengganggu aktivitas harian warga.
Para petani harus bekerja dengan kepala mendongak, anak-anak berhenti bermain, dan bahkan suara azan dari masjid kerap tertutup oleh kebisingan.
Beberapa drone diketahui menyampaikan pesan audio agar warga tidak naik ke atap atau agar menutup jendela, sementara lainnya menyebarkan selebaran berisi peringatan atau kritik terhadap Hizbullah.
Sumber keamanan Lebanon menyatakan bahwa sejak Januari telah terjadi peningkatan lebih dari 40 persen penerbangan drone Israel di wilayah selatan dan timur Lebanon.
Beberapa unit bahkan menjangkau Beirut, ibu kota Lebanon, yang jauh dari zona konflik.
Pelanggaran Gencatan Senjata dan Dampak Psikologis
Penerbangan drone ini dinilai melanggar perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah yang disepakati pada November 2024 serta Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.
Sawsan Hijazi, seorang mahasiswi asal Houla, menyampaikan bahwa ketegangan akibat keberadaan drone memengaruhi kondisi mental masyarakat.
“Kegelisahan yang dirasakan setiap hari ini menimbulkan ketegangan bagi semua orang”, ujarnya.
Ia juga menambahkan, “Kami merasa tak berdaya. Kami tak bisa bersembunyi dari mereka. Ini bukan hanya soal ketakutan ... Ini soal rasa sedang diawasi, seolah-olah pikiran Anda pun bukan milik Anda pribadi.”
Di Majidiyeh, petani Jihad Shehadeh menyatakan bahwa suara drone menimbulkan stres dan membuat para pekerja kesulitan berkonsentrasi.
“Sulit berkonsentrasi. Beberapa pekerja bahkan pulang lebih awal”, katanya.
Anak-anak dan Trauma Tak Kasat Mata
Di Nabatieh, Hanadi Nasrallah mengungkapkan bahwa suara drone membuat anak-anaknya ketakutan hingga ia terpaksa membohongi mereka demi menenangkan suasana.
“Mereka mendengar dengungan itu dan menjadi ketakutan. Mereka pikir akan ada hal buruk terjadi”, ujarnya.
“Saya terpaksa mengatakan bahwa benda itu cuma mainan besar di langit. Tapi mereka tidak yakin”, tambahnya.
Psikolog Juliette Al-Qadi dari Tyre memperingatkan bahwa paparan kebisingan drone dalam waktu lama bisa menimbulkan gejala trauma tersembunyi pada anak-anak, seperti kecemasan, insomnia, dan kewaspadaan berlebihan.
Menurutnya, ini adalah bentuk trauma dari ancaman tak terlihat yang terus mengintai.
Menjelang senja di Mays El Jabal, Hassan Nasser menyiram tanamannya sambil mendengar suara drone yang makin keras.
“Meski demikian, langit sudah tidak lagi sama”, tutupnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan