billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Ketegangan Memuncak: Israel dan Houthi Terlibat Aksi Saling Serang, Yaman Jadi Front Baru Konflik Regional

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Ketegangan Memuncak: Israel dan Houthi Terlibat Aksi Saling Serang, Yaman Jadi Front Baru Konflik Regional
Foto: (Sumber: Tangkapan layar yang diambil dari video melalui ponsel ini menunjukkan api dan asap naik selama serangan udara di Sanaa, Yaman, 24 Agustus 2025. ANTARA/Xinhua)

Pantau - Serangan udara Israel terhadap ibu kota Yaman, Sanaa, serta balasan rudal dari kelompok Houthi ke wilayah Israel memicu kekhawatiran akan meluasnya konfrontasi di Timur Tengah. Meski ada upaya diplomatik untuk meredam konflik, aksi saling serang menunjukkan bahwa kawasan ini tengah memasuki fase baru eskalasi yang lebih panjang dan tidak mudah diprediksi.

Serangan Balasan Silih Berganti, Laut Merah dalam Ancaman Krisis

Pada 17 Agustus 2025, jet tempur Israel menyerang infrastruktur energi di bagian selatan Sanaa.

Media Houthi, al-Masirah, melaporkan bahwa serangan tersebut merusak generator pembangkit listrik, meskipun tidak menimbulkan korban jiwa.

Warga mendengar dua ledakan keras dan melihat asap membubung dari lokasi.

Beberapa jam kemudian, militer Israel mengklaim berhasil mencegat rudal yang diluncurkan dari Yaman ke arah wilayah tengah Israel, memicu sirene di Tel Aviv, Yerusalem, dan kota lainnya.

Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

Pada 22 Agustus, rudal lain dari Yaman kembali mendarat di wilayah Israel tengah, dan serpihannya jatuh dekat Bandara Ben Gurion.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut insiden itu terjadi beberapa jam setelah mereka mencegat drone dari arah Yaman menuju desa di sekitar Jalur Gaza.

Pada hari yang sama, Israel kembali melancarkan serangan udara ke infrastruktur energi di Sanaa.

Houthi mengklaim telah meluncurkan rudal hipersonik dan drone ke Bandara Ben Gurion sebagai respons atas "kampanye militer Israel yang terus berlanjut di Gaza."

Sejak November 2023, Houthi telah melancarkan serangan ke wilayah Israel dan kapal-kapal internasional di Laut Merah, yang mereka sebut sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan Palestina.

Israel menyatakan serangan ke Sanaa bertujuan untuk mencegah peluncuran rudal dan drone lebih lanjut.

Namun, kemampuan militer Houthi masih dianggap besar, khususnya dalam mengganggu jalur perdagangan Laut Merah—salah satu jalur logistik utama dunia.

Risiko Eskalasi Regional dan Kegagalan Deeskalasi

Analis politik Yaman, Muqbel Naji, memperingatkan bahwa rangkaian aksi saling serang ini bisa menempatkan Laut Merah sebagai pusat dari krisis multifront yang lebih luas.

"Setiap kelanjutan dari aksi saling serang ini akan menempatkan Laut Merah sebagai pusat krisis multifront," ungkapnya.

Ia menyebut gangguan terhadap jalur perdagangan internasional sebagai risiko nyata jika konflik terus bereskalasi.

Muqbel juga menyoroti bahwa Houthi telah memperkuat posisi militernya secara signifikan.

"Serangan Israel mungkin dapat memperlambat operasi Houthi, tetapi kecil kemungkinan mampu melumpuhkan kemampuan militer kelompok tersebut," ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa pengalaman menunjukkan serangan udara semata tidak efektif mengatasi akar konflik.

"Meskipun AS memiliki keunggulan di udara dan laut, serangan yang dipimpin AS pada awal tahun ini terbukti gagal menghentikan operasi Houthi," tambahnya.

Analis memperkirakan bahwa Houthi akan terus melancarkan serangan, baik ke kota-kota Israel maupun terhadap kapal dagang di Laut Merah.

Di sisi lain, Israel juga diperkirakan akan memperluas target serangannya ke infrastruktur strategis lainnya di Yaman.

Ketergantungan pada kekuatan udara saja dinilai justru akan memperluas lingkup kekerasan dan memperburuk stabilitas kawasan.

Konflik yang awalnya terfokus di Jalur Gaza kini telah meluas ke wilayah lain, menjadikan Yaman—negara yang telah dilanda perang saudara selama satu dekade—sebagai medan konfrontasi regional yang baru dan sangat berbahaya.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Tria Dianti