
Pantau - Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menghadiri dua forum diplomasi besar pada akhir Oktober 2025, yakni Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-47 ASEAN di Kuala Lumpur pada 26–28 Oktober dan KTT APEC di Korea Selatan pada 31 Oktober–1 November.
Bonus Demografi Jadi Sorotan Regional
Kedua forum ini akan mempertemukan para pemimpin dunia seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri China Li Qiang dalam diskusi strategis seputar tantangan global dan kawasan.
Salah satu isu utama yang mencuat adalah kesenjangan demografi di kawasan Asia-Pasifik.
Asia Timur saat ini menghadapi krisis populasi menua dan kekurangan tenaga kerja, sementara Asia Tenggara, terutama Indonesia, tengah mengelola bonus demografi dalam skala besar.
Bonus demografi Indonesia dapat menjadi kekuatan ekonomi besar atau justru berubah menjadi bencana pengangguran massal jika tidak dikelola dengan tepat.
Presiden Prabowo membawa strategi dua arah yang ditujukan untuk mengatasi ketimpangan internal dalam negeri serta menawarkan solusi terhadap ketidakseimbangan demografi kawasan.
Tantangan domestik yang dihadapi Indonesia meliputi pengendalian pertumbuhan penduduk, ketimpangan demografi antardaerah, serta dampak otomatisasi akibat kemajuan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan membutuhkan suplai tenaga kerja karena beban populasi lansia, sedangkan Indonesia memiliki cadangan tenaga kerja usia produktif yang besar namun berisiko tidak terserap pasar jika tanpa strategi ketenagakerjaan jangka panjang.
ASEAN Usung Tema Inklusivitas dan Keberlanjutan
KTT ASEAN 2025 di Kuala Lumpur mengusung tema “Inklusivitas dan Keberlanjutan” sebagai cetak biru untuk menghadapi risiko demografi kawasan.
Inklusivitas berarti pembangunan tidak boleh hanya terpusat di kota besar atau negara dominan, tetapi harus menjangkau UMKM dan masyarakat di wilayah perbatasan, tempat sebagian besar tenaga kerja muda berada.
Presiden Prabowo diharapkan menyoroti pentingnya pemerataan pembangunan lintas wilayah, termasuk bagi negara anggota baru seperti Timor Leste, agar mampu menciptakan lapangan kerja yang layak dan menghindari ledakan urbanisasi di kota besar.
Sementara itu, keberlanjutan menekankan pentingnya investasi jangka panjang di sektor padat karya yang ramah lingkungan, mendukung transisi energi yang adil, serta mendorong penguatan ekonomi hijau.
Ketahanan pangan dan ekonomi biru juga dinilai sebagai pilar utama penciptaan lapangan kerja baru yang sejalan dengan Visi ASEAN 2045.
Seluruh langkah ini diarahkan untuk menjamin kesejahteraan jangka panjang generasi muda Asia Tenggara dan menjaga stabilitas kawasan dari ancaman konflik maupun gangguan eksternal.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf










