billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Presiden ICRC Desak Pemimpin Dunia Hentikan Pembantaian Sipil di Sudan: “Kehidupan Mereka Kini Bergantung pada Tindakan Kita”

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Presiden ICRC Desak Pemimpin Dunia Hentikan Pembantaian Sipil di Sudan: “Kehidupan Mereka Kini Bergantung pada Tindakan Kita”
Foto: (Sumber: Seorang wanita memegang seorang anak di sebuah kamp pengungsi di El Fasher, wilayah Darfur Utara, Sudan (9/7/2025). ANTARA/Xinhua/HO-UNICEF/aa. (UNICEF handout via Xinhua).)

Pantau - Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Mirjana Spoljaric, menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk segera mengambil langkah tegas guna menghentikan pembantaian terhadap warga sipil di Sudan yang kian memburuk dan digambarkan sebagai bencana kemanusiaan.

Pernyataan keras itu disampaikan Spoljaric pada Jumat (31/10/2025), menyusul meningkatnya kekerasan di El-Fasher dan wilayah lain yang tengah dikepung konflik.

Ia menegaskan bahwa pelanggaran hukum perang yang terjadi saat ini tidak dapat dibenarkan dalam kondisi apa pun.

“Pelanggaran aturan perang yang mengerikan yang kita saksikan di Sudan tidak dapat dibenarkan,” tegasnya.

Serangan Membabi Buta dan Rumah Sakit Jadi Sasaran

Spoljaric menggambarkan penderitaan warga sipil yang terus meningkat akibat serangan tanpa pandang bulu, kekerasan seksual yang meluas, serta penghancuran layanan penting secara sengaja.

“Tidak boleh ada pasien yang terbunuh di rumah sakit, dan tidak boleh ada warga sipil yang ditembak saat mencoba melarikan diri dari rumah mereka,” ia mengungkapkan.

Ia menambahkan bahwa rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang sebelumnya menjadi tempat menyelamatkan nyawa kini berubah menjadi “tempat kematian dan kehancuran”.

ICRC, menurut Spoljaric, telah berulang kali memperingatkan pihak-pihak yang bertikai untuk mematuhi hukum humaniter internasional, namun pelanggaran terus terjadi tanpa konsekuensi.

Presiden ICRC juga mengutuk keras serangan terhadap pekerja kemanusiaan.

“Minggu ini saja di Kordofan Utara, lima rekan kami dari Bulan Sabit Merah Sudan terbunuh,” ungkapnya.

Spoljaric mendesak para pemimpin global untuk segera bertindak.

“Para pemimpin kini harus menunjukkan keberanian politik untuk menghentikan pembunuhan,” katanya.

Ia juga menegaskan bahwa semua negara memiliki kewajiban hukum untuk menegakkan dan memastikan penegakan hukum humaniter internasional oleh negara lain.

“Kehidupan di Sudan kini bergantung pada tindakan yang kuat dan tegas untuk menghentikan kekejaman ini,” ucapnya.

“Dunia tidak bisa tinggal diam sementara warga sipil dilucuti dari rasa aman dan martabat mereka,” tutupnya.

WFP: Warga Sudan Lari Kelaparan dan Kelelahan

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), Cindy McCain, juga menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap situasi di El-Fasher.

Ia menggambarkan kekerasan yang terjadi sebagai “menghancurkan” dan mengancam keselamatan ribuan keluarga yang berusaha melarikan diri dari zona konflik.

“Banyak keluarga berlarian menyelamatkan diri, kelaparan dan kelelahan,” ungkap McCain.

Ia menegaskan bahwa serangan brutal ini harus dihentikan segera dan tanpa penundaan.

“Serangan brutal ini harus diakhiri. Sekarang juga,” tegasnya.

McCain juga menekankan bahwa organisasi-organisasi PBB harus diberi akses untuk beroperasi secara independen dan netral dalam memberikan bantuan kemanusiaan.

“Dan berdiri bersama rakyat Sudan di saat mereka sangat membutuhkan,” ujarnya.

Perang Saudara Sudan dan Krisis di El-Fasher

Sudan telah dilanda perang saudara sejak April 2023 antara militer pemerintah dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).

Konflik tersebut telah menewaskan ribuan orang dan memaksa jutaan warga mengungsi dari tempat tinggal mereka.

El-Fasher, ibu kota Darfur Utara, jatuh ke tangan RSF pada Minggu setelah pengepungan berbulan-bulan.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh RSF melakukan pembunuhan massal, penahanan terhadap warga sipil, dan serangan terhadap fasilitas kesehatan.

Seruan dari ICRC dan WFP menjadi pengingat penting akan urgensi krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung, dan perlunya aksi internasional yang nyata untuk menghentikan kekejaman di Sudan.

Penulis :
Aditya Yohan