Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Indonesia dan China Tegaskan Komitmen Multilateralisme Sejak KAA Bandung hingga Era Modern

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Indonesia dan China Tegaskan Komitmen Multilateralisme Sejak KAA Bandung hingga Era Modern
Foto: (Sumber : Akademisi: Indonesia-China berbagi komitmen dalam memperkuat multilateralisme)

Pantau - Pengamat hubungan internasional menilai Indonesia dan China memiliki komitmen kuat dalam memperkuat multilateralisme, sebuah kerja sama yang terjalin sejak Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung 70 tahun lalu.

Komitmen Multilateralisme Kedua Negara

Di tengah melemahnya semangat kerja sama global, kedua negara dinilai memiliki peran penting untuk kembali mendorong kerja sama multilateral yang saling menguntungkan.

Asep Setiawan menyatakan bahwa "KAA saat itu melahirkan Dasasila Bandung yang hingga saat ini menjadi pijakan kebersamaan antara Indonesia dan China untuk membangun tata kelola global yang lebih adil", ungkapnya.

Pernyataan tersebut disampaikan Asep dalam acara Wanxinda Indonesia-China Youth Forum di Jakarta pada 25 November.

Sejak KAA, Indonesia dan China disebut terus aktif mendorong kerja sama multilateral melalui berbagai inisiatif.

Asep mencontohkan keterlibatan kedua negara dalam agenda seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-China yang rutin digelar setiap tahun.

Selain itu, kedua negara juga menjadi anggota BRICS dan aktif dalam forum dialog negara-negara berkembang Global South.

Tantangan Global dan Peran BRICS

Penguatan multilateralisme dinilai semakin penting di tengah meningkatnya unilateralisme serta tantangan ekonomi global akibat proteksionisme dan kebijakan tarif perdagangan.

Menurut Asep, penguatan multilateralisme bermanfaat dalam membentuk sistem tata kelola global yang lebih adil melalui munculnya berbagai alternatif selain mekanisme yang didominasi negara Barat.

BRICS disebut menjadi salah satu alternatif tata kelola dunia yang tidak mengandalkan mekanisme Barat.

Asep menyampaikan bahwa "Salah satu aspek multilateralisme yang menurut saya harus ditunggu ke depan adalah bagaimana memberlakukan sistem moneter dunia yang tidak bergantung pada mata uang Barat, dan BRICS bisa menjembatani hal itu dengan Yuan China yang berpotensi menjadi mata uang alternatif global", ia mengungkapkan.

Relevansi KAA Bandung dan Kerja Sama Ekonomi

Akademisi Harryanto Aryodiguno menegaskan bahwa semangat multilateralisme yang bertujuan mengakhiri penjajahan—seperti yang digaungkan dalam KAA Bandung—masih relevan hingga hari ini.

Relevansi tersebut terlihat dari peran aktif Indonesia dan China dalam mendorong pengakuan Palestina sebagai negara berdaulat melalui solusi dua negara.

Selain aspek perdamaian, Harryanto menjelaskan bahwa kerja sama multilateralisme Indonesia-China juga berkembang dalam bidang pembangunan ekonomi.

Kerja sama pembangunan tersebut dinilai sukses, dengan Indonesia menjadi salah satu contoh keberhasilan program pembangunan luar negeri China.

Penulis :
Ahmad Yusuf