
Pantau - Pemerintah Kamboja memastikan bahwa penerbangan internasional antara Phnom Penh dan Bangkok, serta antara Siem Reap dan sejumlah kota di Thailand, tetap berjalan normal meskipun terjadi pertempuran di wilayah perbatasan kedua negara sejak 7 Desember 2025.
SSCA: Operasional Penerbangan Masih Aman dan Dipantau Ketat
Juru bicara Sekretariat Penerbangan Sipil Negara (SSCA) Kamboja, Sinn Chanserey Vutha, menyatakan bahwa hingga saat ini tidak ada perubahan jadwal atau gangguan penerbangan dari Thailand ke dua bandara internasional utama di Kamboja.
“Sampai saat ini, dua bandar udara internasional Kamboja, Bandara Internasional Siem Reap Angkor dan Bandara Internasional Techo yang melayani ibu kota Phnom Penh, masih melayani penerbangan dari Thailand seperti biasa. Tidak ada perubahan,” ujarnya kepada Xinhua, Sabtu (13/12) malam waktu setempat.
Ia menambahkan bahwa pihak SSCA terus memantau situasi secara cermat setiap hari demi menjaga keselamatan penerbangan.
Vutha merinci bahwa saat ini terdapat 77 penerbangan per minggu antara Phnom Penh dan Bangkok, dengan 53 di antaranya dioperasikan oleh lima maskapai asal Thailand, dan 24 sisanya oleh dua maskapai asal Kamboja.
Sementara itu, terdapat 63 penerbangan per minggu dari Siem Reap ke berbagai kota di Thailand, terdiri atas:
35 penerbangan ke Bandara Suvarnabhumi
21 penerbangan ke Bandara Don Mueang
7 penerbangan ke Bandara Phuket
Ruang Udara Zona Konflik Masih Ditutup, Pertempuran Berlanjut
Meskipun operasional penerbangan umum masih berjalan normal, ruang udara di atas zona pertempuran tetap ditutup hingga ada pemberitahuan lebih lanjut.
Penutupan ini merupakan kelanjutan dari kebijakan serupa yang diberlakukan sejak bentrokan sebelumnya pada bulan Juli.
Kementerian Pertahanan Kamboja mengonfirmasi dalam siaran pers resminya bahwa pertempuran di perbatasan dengan Thailand masih berlangsung hingga Sabtu sore waktu setempat.
Konflik perbatasan yang kembali memanas sejak 7 Desember 2025 itu kini menjadi perhatian utama, meski belum berdampak langsung pada aktivitas penerbangan sipil di kedua negara.
- Penulis :
- Gerry Eka








