
Pantau - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam Busan International Film Festival (BIFF) 2025 adalah bukti eksistensi dan partisipasi aktif industri film nasional di kancah perfilman global.
Indonesia hadir di BIFF 2025 bukan sekadar sebagai peserta, melainkan sebagai kekuatan kreatif yang berkontribusi dalam program utama festival, aktif dalam forum industri, serta menjalin berbagai kerja sama internasional.
Kementerian Kebudayaan turut mendukung penuh keterlibatan tersebut melalui fasilitasi dan program seperti Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya, yang bertujuan memberikan ruang bagi sineas Indonesia agar mendapat pengakuan internasional.
"Keikutsertaan Indonesia di BIFF 2025 menjadi bentuk pengakuan dunia terhadap kualitas sinema Indonesia," ungkap Fadli Zon dalam pernyataan resminya.
Enam Film Indonesia Tayang, Empat Lakukan World Premiere
Tahun ini, enam film Indonesia berhasil menembus BIFF 2025, empat di antaranya melakukan world premiere sebagai bentuk pengakuan terhadap mutu sinema nasional.
Film-film tersebut adalah:
- Esok Tanpa Ibu (Mothernet) karya Ho Wi Dong
- Pangku (On Your Lap) karya Reza Rahadian
- Rangga & Cinta karya Riri Riza
- Sekat-Sekat (Throughout These Cages) karya Aaron Pratama
- The Fox King, hasil kolaborasi Indonesia–Malaysia oleh Woo Ming Jin
- Badarawuhi di Desa Penari
- Keterlibatan sineas Indonesia juga mencolok di berbagai forum penting festival.
Produser Yulia Evina Bhara ditunjuk sebagai juri kompetisi resmi BIFF 2025 dan menjadi pembicara dalam panel Cinematic Connections: Secrets of Successful Asia-Europe Co-Productions.
Sementara itu, profesional film Indonesia lainnya yang aktif berdiskusi di Asian Contents & Film Market (ACFM) antara lain Mia Santosa (Visinema), Sigit Prabowo (Cinepoint), FX Iwan (Jagartha), Linda Gozali (JAFF Market), dan Gugi Gumilang (Hot Docs).
Talenta Muda dan Kolaborasi Internasional Perkuat Posisi Indonesia
Indonesia juga menunjukkan komitmen terhadap regenerasi melalui keikutsertaan tiga talenta muda dalam program Platform Busan, yaitu Vincent Avelio Sentosa, Nona Ica, dan Bela Nabila.
Di bidang dokumenter, dua proyek Indonesia dipresentasikan dalam Documentary WIP Showcase, yaitu Oma karya Armin Septiexan dan Sandan Love Garden karya Luthfi Muhammad.
Dalam sesi khusus bertajuk TRUE STORIES of INDONESIA: From Local Roots to Global, Matta Cinema Production mempersembahkan proyek film berbasis kekayaan intelektual lokal bersama Nugroho Dewanto, Wahyu Dhyatmika, dan Lyza Anggraheni, dengan Ismail Basbeth sebagai moderator.
Keterlibatan Indonesia di BIFF 2025 juga diperkuat melalui penandatanganan kerja sama antara Cinepoint dan JAFF Market untuk memperluas jaringan distribusi film Asia Tenggara.
Menurut Fadli Zon, peran Indonesia dalam BIFF 2025 menunjukkan bahwa Indonesia kini menempati posisi strategis sebagai pusat pertumbuhan industri film Asia yang dinamis, kolaboratif, dan visioner.
"Ini bukan hanya soal karya yang ditayangkan, tapi bagaimana ekosistem perfilman kita hadir dan diakui secara global," tegasnya.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf