
Pantau - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan penolakannya terhadap usulan penyelesaian konflik Ukraina-Rusia dengan pendekatan seperti "Skenario Korea", yang merujuk pada berakhirnya Perang Korea tanpa perjanjian damai dan menyebabkan pemisahan permanen Korea Utara dan Selatan.
Pernyataan tersebut disampaikan Zelenskyy dalam pernyataan resmi yang dikutip dari Sputnik dan RIA Novosti melalui OANA.
"Skenario kita sangat berbeda dengan yang terjadi di Semenanjung Korea. Di sana, perang berakhir tanpa perjanjian damai yang final... Bisa jadi kita juga tidak akan memiliki dokumen akhir yang final untuk mengakhiri perang," ungkap Zelenskyy.
Gencatan Senjata dan Jaminan Keamanan, Bukan Pemisahan Wilayah
Zelenskyy menolak pendekatan berbasis model Korea, Finlandia, atau skenario serupa lainnya, dan menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk membagi Ukraina secara permanen seperti yang terjadi di Semenanjung Korea.
"Kami akan mendapatkan apa yang akan kami dapatkan," tegasnya.
Ia menambahkan bahwa jaminan keamanan bagi Ukraina tidak harus menunggu hingga perang selesai.
"Itulah sebabnya beberapa orang, seperti Presiden Prancis (Emmanuel) Macron, mengatakan bahwa jaminan keamanan tidak perlu menunggu perang berakhir," katanya.
Menurut Zelenskyy, gencatan senjata sudah cukup sebagai dasar untuk memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina dan mitra internasionalnya.
Sebagai informasi, Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berstatus berperang karena hanya menandatangani perjanjian gencatan senjata pada 1953, tanpa perjanjian damai final.
Garis Demiliterisasi (DMZ) yang berada di sekitar garis lintang 38 derajat menjadi batas permanen antara kedua negara hingga kini.
Respons terhadap Pernyataan Putin dan Sikap Terbuka Zelenskyy
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pandangannya bahwa gencatan senjata jangka pendek hanya akan memberi waktu bagi Ukraina untuk menyusun kembali kekuatan militernya.
Menurut Putin, kesepakatan damai jangka panjang harus berdasarkan penghormatan terhadap kepentingan seluruh pihak yang terlibat di wilayah tersebut.
"Penghormatan terhadap kepentingan sah semua orang dan semua bangsa yang tinggal di kawasan tersebut," ujar Putin.
Di sisi lain, Zelenskyy menyatakan kesiapannya untuk membuka jalur diplomasi, termasuk pertemuan langsung dengan para pemimpin dunia.
"Saya siap bertemu dengan Presiden Trump dan Putin secara trilateral atau bilateral ... Saya siap bertemu tanpa syarat apa pun," ungkapnya.
Namun, Zelenskyy menegaskan bahwa pertemuan tidak akan dilakukan di Moskow.
Ia menyatakan terbuka untuk mempertimbangkan negara mana pun selain Rusia sebagai lokasi pertemuan.
"Ada banyak usulan yang tersedia," ujarnya.
Zelenskyy juga menyampaikan bahwa Ukraina tetap siap untuk membahas opsi gencatan senjata sebagai bagian dari solusi damai.
Pernyataan-pernyataan ini menegaskan bahwa meskipun Ukraina menolak skenario pemisahan wilayah seperti Korea, mereka tetap membuka ruang untuk penyelesaian diplomatik dan dialog internasional tanpa mengorbankan integritas teritorialnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan