
Pantau - Seorang pria, 23, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat. Ia, Senin (26/6), mengaku bersalah atas pembunuhan dan kejahatan lainnya dalam penembakan tahun 2022, yang menewaskan lima orang, di sebuah kelab malam gay di Colorado Springs.
Anderson Lee Aldrich mengaku bersalah atas lima dakwaan pembunuhan tingkat pertama dan 46 dakwaan percobaan pembunuhan, bagian dari kesepakatan yang dicapai dengan jaksa penuntut untuk menghindari persidangan yang panjang. Aldrich juga menyampaikan tidak melawan dua tuduhan kejahatan bermotivasi bias.
Pada 19 November 2022, Aldrich, yang mengenakan pelindung tubuh, melepaskan tembakan ke Club Q, sebuah kelab malam LGBTQ. Selain mereka yang terbunuh, lebih dari 20 orang lainnya terluka oleh tembakan atau cedera sebelum serangan itu dihentikan oleh pengunjung yang "heroik". Aldrich, saat itu berusia 22 tahun, didakwa dengan 323 tuntutan pidana.
Tersangka Anderson Lee Aldrich, 22 tahun (baju kuning), menghadiri persidangan di Pengadilan Distrik El Paso, Colorado Springs, Colorado, Selasa 6 Desember 2022.
Selama sidang vonis tidak lama setelah pembacaan pembelaan, anggota keluarga korban dan penyintas penembakan, dengan mata berlinang berbicara mengenai orang yang mereka kasihi dan menyatakan kemarahan pada Aldrich atas serangan tersebut.
"Saya tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk menikahi orang yang saya kasihi," kata Kassandra Fierro, yang pacarnya, Raymond Green Vance, termasuk di antara yang tewas. "Saya tidak akan pernah memulai sebuah keluarga dengan Raymond. Saya tidak akan pernah melihat, mendengar, atau bersama Raymond lagi."
Yang lain mengatakan Club Q selama ini menjadi "ruang aman" bagi warga LGBTQ. Penembakan itu telah menghancurkan komunitas mereka yang erat.
Penembakan di Club Q mengingatkan pada pembantaian pada tahun 2016 ketika seorang pria bersenjata membunuh 49 orang di kelab malam gay Pulse di Orlando, Florida, sebelum ia ditembak mati oleh polisi.
Colorado tidak lagi memiliki undang-undang hukuman mati. Namun, Aldrich bisa menghadapi hukuman mati di pengadilan federal jika jaksa penuntut memutuskan untuk mengajukan tuntutan berdasarkan undang-undang AS, yang masih memiliki hukuman mati untuk kejahatan tertentu.
Anderson Lee Aldrich mengaku bersalah atas lima dakwaan pembunuhan tingkat pertama dan 46 dakwaan percobaan pembunuhan, bagian dari kesepakatan yang dicapai dengan jaksa penuntut untuk menghindari persidangan yang panjang. Aldrich juga menyampaikan tidak melawan dua tuduhan kejahatan bermotivasi bias.
Pada 19 November 2022, Aldrich, yang mengenakan pelindung tubuh, melepaskan tembakan ke Club Q, sebuah kelab malam LGBTQ. Selain mereka yang terbunuh, lebih dari 20 orang lainnya terluka oleh tembakan atau cedera sebelum serangan itu dihentikan oleh pengunjung yang "heroik". Aldrich, saat itu berusia 22 tahun, didakwa dengan 323 tuntutan pidana.
Tersangka Anderson Lee Aldrich, 22 tahun (baju kuning), menghadiri persidangan di Pengadilan Distrik El Paso, Colorado Springs, Colorado, Selasa 6 Desember 2022.
Selama sidang vonis tidak lama setelah pembacaan pembelaan, anggota keluarga korban dan penyintas penembakan, dengan mata berlinang berbicara mengenai orang yang mereka kasihi dan menyatakan kemarahan pada Aldrich atas serangan tersebut.
"Saya tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk menikahi orang yang saya kasihi," kata Kassandra Fierro, yang pacarnya, Raymond Green Vance, termasuk di antara yang tewas. "Saya tidak akan pernah memulai sebuah keluarga dengan Raymond. Saya tidak akan pernah melihat, mendengar, atau bersama Raymond lagi."
Yang lain mengatakan Club Q selama ini menjadi "ruang aman" bagi warga LGBTQ. Penembakan itu telah menghancurkan komunitas mereka yang erat.
Penembakan di Club Q mengingatkan pada pembantaian pada tahun 2016 ketika seorang pria bersenjata membunuh 49 orang di kelab malam gay Pulse di Orlando, Florida, sebelum ia ditembak mati oleh polisi.
Colorado tidak lagi memiliki undang-undang hukuman mati. Namun, Aldrich bisa menghadapi hukuman mati di pengadilan federal jika jaksa penuntut memutuskan untuk mengajukan tuntutan berdasarkan undang-undang AS, yang masih memiliki hukuman mati untuk kejahatan tertentu.
- Penulis :
- Desi Wahyuni