Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Istri Eks Kepala Interpol Sebut Suaminya Mungkin akan Mati Jadi Korban Rezim Xi Jinping

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Istri Eks Kepala Interpol Sebut Suaminya Mungkin akan Mati Jadi Korban Rezim Xi Jinping

Pantau.com - Istri Meng Hongwei, presiden incumbent dari Interpol, yang telah ditahan secara rahasia oleh China mengatakan, dia tidak yakin suaminya hidup setelah menghilang secara misterius bulan lalu. 

Melansir The Guardian, Jumat (19/10/2018), dalam sebuah wawancara emosional dengan BBC, Rahmat Meng mengatakan, ia dan anak-anaknya terus menantikan kabar dari Meng sejak 25 September lalu, ketika ia terbang dari Prancis ke China.

"Saya memberitahu mereka Daddy adalah perjalanan bisnis yang panjang. Kami ingin mendengar suaranya," katanya dalam wawancara yang diterbitkan pada hari Jumat.

Baca juga: Meng Hongwei: Terjerat Kasus Suap, Mundur sebagai Kepala Interpol hingga Dinyatakan Hilang

Pada bulan September dia melaporkan suaminya hilang, setelah ia mengirimnya pesan WhatsApp . "Tunggu panggilan saya," diikuti dengan emoji pisau.

Setelah polisi Prancis membuka penyelidikan dan Interpol mengajukan banding ke China, Interpol akhirnya menerima pengunduran diri Meng Hongwei. Dan pada 7 Oktober lalu, pihak kepolisian mengumumkan jika Meng telah ditahan untuk dilakukan investigas.

Meng Hongwei adalah politikus nasional China pertama yang menjadi presiden lembaga penegak hukum internasional, dan telah tinggal di Perancis bersama istri dan dua anak.

Sebagian besar pengamat mengatakan jika Meng merupakan korban rezim antek-antek yang tidak loyal terhadap Presiden China Xi Jinping. "Saya pikir itu adalah penganiayaan politik. Saya tidak yakin dia masih hidup," kata pengamat Grace.

Baca juga: Sebelum Menghilang, Kepala Interpol Kirimi Istri Pesan dengan Emoji Pisau

"Mereka kejam. Mereka kotor," katanya, mengacu pada Partai Komunis China yang berkuasa.

Meng Hongwei kemungkinan adalah bentuk baru dari seorang tahanan yang disebut "Liuzhi", yang diawasi oleh Komisi Nasional Pengawas (NSC), lembaga digdaya yang dibentuk pada Maert lalu.

Liuzhi, atau retensi dalam tahanan, dimaksudkan untuk menjadi perbaikan sistem. Hal ini dijalankan oleh sebuah sistem dengan penuh penyiksaan. Di bawah Liuzhi, tahanan masih bisa ditolak akses ke penasihat hukum atau keluarga selama enam bulan, dan pendukung hak asasi manusia tidak percaya akan jauh lebih baik.

Rahmat Meng sebelumnya mengatakan dia menerima telepon ancaman dari seseorang yang mengaku tahu di mana dia dan anak-anaknya hidup. Keluarga sekarang di bawah perlindungan Perancis.

Baca juga: Kepala Interpol Meng Hongwei Hilang Sejak 29 September 2018

Penulis :
Widji Ananta