Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Beda Perspektif Hamas-Fatah soal Genosida Israel di Palestina

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Beda Perspektif Hamas-Fatah soal Genosida Israel di Palestina
Foto: Dari kiri ke kanan: Wakil Ketua Komite Sentral organisasi dan partai politik Palestina Fatah Mahmoud al-Aloul, Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi, dan anggota senior gerakan Islamis Palestina Hamas Mussa Abu Marzuk saat menghadiri pertemuan di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing, pada Selasa (23/7/2024) waktu setempat. (Getty)

Pantau - Peneliti Globalingua Study Center (GSC) Syekh Samir Basim Arfan Azzuhri menuturkan, dua faksi politik Palestina, yakni Hamas dan Fatah mempunyai perbedaan keragaman dalam hal memandang Israel sebagai kawan dan lawan.

Syekh Samir Basim menilai, Hamas lebih konsisten dalam menentang aksi genosida Israel di tanah Palestina. Menurutnya, Hamas mengetahui kapan diplomasi damai dan membela diri dengan memerangi Zionis Israel.

Sementara Fatah, kata alumnus Leiden University, Belanda ini, hanya ingin diplomasi damai dan sebatas mengecam aksi genosida Israel.

"Contohnya dalam Pemilu 2009, Hamas dan Fatah mau ikut Pemilu. Tetapi, setelah Hamas menang telak hampir 80 persen, Fatah malah minta bantuan Amerika Serikat (AS) dan Israel untuk menyatakan Pemilu curang," ungkap Syekh Samir Basim saat dihubungi Pantau.com, Rabu (24/7/2024).

"Lalu terjadilah penolakan dari mereka, bahkan Hamas dan rakyat Gaza digempur habis-habisan. Maka, terjadilah aksi genosida bermacam-macam pada 2009 itu, salah satunya tragedi kapal kemanusiaan Turki Mavi Marmara yang dihabisi Israel dan AS," sambungnya.

Hamas-Fatah Rampungkan Rekonsiliasi

Sebelumnya, kedua faksi politik Palestina, Hamas dan Fatah, merampungkan perundingan rekonsiliasi intra-Palestina selama tiga hari di Beijing, China.

Pertemuan yang berlangsung sejak Minggu (21/7/2024) dengan dukungan dari pemerintah China ini dihadiri para pejabat tinggi dari kedua kelompok, termasuk wakil ketua Fatah Mahmoud Alloul dan pemimpin politik Hamas Ismael Haniyeh.

"Kami, dalam Gerakan Fatah, terbuka untuk menyelesaikan dan membongkar semua rintangan yang menghalangi rekonsiliasi di bawah kondisi sulit yang dialami perjuangan Palestina seiring dengan perang genosida di Gaza," ujar pemimpin senior Fatah, Abdel Fattah Dawla, dikutip Selasa (23/7/2024).

Silang Pendapat

Silang pendapat yang tajam terkait berbagai isu antara Fatah dan Hamas telah mengakibatkan Tepi Barat dan Gaza yang diduduki secara politis terpecah belah sejak 2007.

Tujuan kedua belah pihak secara efektif sama yaitu menciptakan sebuah negara Palestina di perbatasan 1967, namun mereka tetap terbelah dalam hal sikap mereka terhadap Israel, dengan Fatah yang menganjurkan negosiasi damai daripada perlawanan bersenjata.

Diberitakan sebelumnya, pejabat senior dari dua faksi Palestina yang bersaing, Hamas dan Fatah, dijadwalkan bertemu di Beijing pada Juni 2024 dalam upaya berkelanjutan untuk berdamai.

Delegasi Hamas akan dipimpin oleh ketua politik Hamas yang berbasis di Qatar, Ismail Haniyeh, sedangkan perwakilan Fatah akan dipimpin wakil ketua Mahmud Alul.

Kenapa Berseteru?

Pertemuan ini menyusul persaingan sengit selama bertahun-tahun, yang dimulai sejak tahun 2007 ketika Hamas menguasai Jalur Gaza setelah kemenangan gemilang dalam Pemilu 2006.

Sejak saat itu, kedua kelompok tersebut berjuang untuk berbagi kekuasaan, dengan Hamas menguasai Gaza dan Fatah menguasai Tepi Barat.

Terlepas dari upaya rekonsiliasi dan intervensi yang dilakukan negara-negara Arab di masa lalu, perselisihan pembagian kekuasaan masih terus terjadi.

Peristiwa yang terjadi belakangan ini, termasuk serangan Hamas terhadap Israel dan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat, telah menghidupkan kembali seruan rekonsiliasi.

China, yang telah memposisikan dirinya sebagai pemain netral dalam konflik Israel-Palestina, akan menjadi tuan rumah pertemuan mendatang antara Fatah, Hamas, dan pejabat Tiongkok pada 20 dan 21 Juli 2024.

Tujuannya untuk mengakhiri perpecahan internal dan membuka jalan bagi hubungan harmonis antar faksi Palestina di masa depan.

Langkah diplomatik China ini menggarisbawahi komitmennya untuk mengadvokasi solusi dua negara sambil mempertahankan hubungan positif dengan Israel.

Penulis :
Khalied Malvino

Terpopuler