
Pantau - Uni Eropa (UE) menolak legitimasi Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
"Kami tidak bisa menerima legitimasi Maduro sebagai presiden terpilih. Dia akan tetap menjadi presiden de facto, tetapi kami menolak legitimasi demokratis berdasarkan hasil yang tidak dapat diverifikasi," ungkap kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell seperti dikutip Euronews setelah pertemuan informal para menteri luar negeri di Brussels, dikutip Sabtu (31/8/2024).
Pilpres Venezuela digelar pada 28 Juli 2024. Keesokan harinya, Dewan Pemilihan Nasional Venezuela menyatakan Nicolas Maduro sebagai presiden terpilih untuk periode 2025-2031.
Pada 29 Juli 2024, protes dimulai di Venezuela, di mana para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi.
Lebih dari 2.000 orang ditahan. Kerusuhan di Venezuela berlangsung selama satu hari setelah penyelenggaraan Pilpres. Setelah itu pemerintah berhasil mengendalikan situasi di jalanan.
Anggota parlemen Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang bertanggung jawab atas urusan luar negeri mengeluarkan pernyataan bersama yang mengeklaim bahwa pemimpin oposisi Edmundo Gonzalez memenangi Pilpres Venezuela.
Para anggota DPR AS dan Eropa itu juga berjanji untuk meminta pertanggungjawaban Maduro jika dia menolak untuk menyerahkan kekuasaan. Moskow menyatakan, oposisi Venezuela harus mengakui kekalahan dalam Pilpres.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov memperingatkan negara-negara ketiga untuk tidak mendukung upaya destabilisasi situasi di dalam Venezuela.
Sumber : Sputnik-OANA
- Penulis :
- Khalied Malvino