
Pantau - Utusan khusus Prancis, Jean-Yves Le Drian, pada Jumat (29/11/2024), menegaskan pentingnya Lebanon segera memilih presiden setelah DPR Lebanon mengumumkan pemungutan suara untuk mengakhiri lebih dari 2 tahun kekosongan jabatan kepala negara pada Januari 2025.
Kunjungan Le Drian ke Lebanon ini berlangsung setelah gencatan senjata rapuh yang mengakhiri perang antara Israel dan Hizbullah.
"Saya datang ke Lebanon segera setelah pengumuman gencatan senjata untuk menandakan dukungan Prancis terhadap pelaksanaan gencatan senjata secara penuh dan untuk menekankan urgensi, lebih dari sebelumnya, untuk memilih seorang presiden dan memulai kembali proses institusional," ujar Le Drian, melansir Arab News dan AFP.
Baca juga: Menteri Israel Serang Netanyahu, Perburuk Ketegangan Timur Tengah
Dia juga menyatakan dukungannya terhadap pengumuman yang disampaikan Ketua DPR Lebanon, Nabih Berri pada Kamis (28/11/2024) mengenai Pilpres yang akan digelar 9 Januari 2025.
Sejak masa jabatan Presiden Michel Aoun berakhir pada Oktober 2022, Lebanon belum memiliki presiden. Dua blok utama, yaitu Hizbullah yang didukung Iran dan lawan-lawannya, tak memiliki mayoritas yang diperlukan untuk memilih presiden.
Namun, dalam pidato di tengah peperangan, pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, menyatakan kelompoknya akan "memberikan kontribusi efektif dalam pemilihan presiden."
Baca juga: Israel Tembak Kendaraan di Lebanon, Padahal Baru Gencatan Senjata
Perdana Menteri (PM) Lebanon, Najib Mikati menyampaikan pada Rabu (27/11/2024), dia mengharapkan kesepakatan gencatan senjata ini akan menandai "halaman baru bagi Lebanon," seraya menyerukan Pilpres dipercepat.
Le Drian juga telah menggelar pertemuan dengan pejabat Lebanon serta diplomat asing dari Amerika Serikat (AS), Qatar, Arab Saudi, dan Mesir sebagai negara-negara yang berupaya mengatasi krisis kepresidenan Lebanon.
Le Drian telah mengunjungi Lebanon beberapa kali sejak ditunjuk oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Juni 2023.
- Penulis :
- Khalied Malvino