
Pantau - Amerika Serikat (AS) memberikan peringatan pada Rabu (8/1/2025) bahwa Korea Utara mendapat banyak keuntungan dari pasukannya yang bertempur bersama Rusia melawan Ukraina.
Pengalaman yang diperoleh di medan perang ini menjadikan Pyongyang "lebih siap untuk berperang melawan tetangganya." Sejak Rusia menyerang Ukraina pada Februari 2022, hubungan diplomatik dan militer Rusia dengan Korea Utara semakin erat.
Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Dorothy Camille Shea menuturkan, sekitar 12.000 tentara Korea Utara kini berada di Rusia, dan bulan lalu mereka mulai terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina di wilayah Kursk.
"DPRK secara signifikan mendapatkan keuntungan dengan menerima peralatan militer, teknologi, dan pengalaman militer Rusia, yang membuatnya lebih mampu berperang melawan tetangga-tetangganya," ujar Shea dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara, melansir Reuters, Kamis (9/1/2025).
Pernyataan itu disampaikan saat PBB membahas uji coba rudal hipersonik jarak menengah yang dilakukan Korea Utara pada Senin (6/1/2025).
Shea juga menambahkan, Korea Utara kemungkinan akan memanfaatkan perbaikan tersebut untuk mempromosikan penjualan senjata dan kontrak pelatihan militer ke seluruh dunia.
Baca juga:
- Ribuan Tentara Korut jadi Korban Perang Rusia-Ukraina
- Intelijen Korea Selatan: 100 Tentara Korut Tewas dalam Perang Ukraina
Duta Besar Korea Utara untuk PBB, Kim Song, membela uji coba rudal tersebut sebagai bagian dari rencana untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negaranya. Ia pun menuduh AS berlaku tidak adil.
"Ketika jumlah korban jiwa sipil di Gaza melebihi 45.000, Amerika Serikat malah membela pembunuhan massal yang dilakukan Israel sebagai hak untuk membela diri… Sementara itu, mereka mengkritik hak sah Korea Utara untuk mempertahankan diri," jelas Kim dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengulangi tuduhan lama Rusia bahwa AS, Korea Selatan, dan Jepang memprovokasi Korea Utara dengan latihan militer. Dia juga menolak tuduhan AS bahwa Rusia berencana membagikan teknologi satelit dan luar angkasa ke Pyongyang sebagai "tanpa dasar."
"Pernyataan seperti itu adalah contoh terakhir dari spekulasi yang tidak berdasar, yang bertujuan untuk merusak kerja sama bilateral antara Federasi Rusia dan negara sahabat, DPRK," tegas Nebenzia, seraya mengucapkan selamat ulang tahun kepada pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, pada Rabu (8/1/2025).
Duta Besar Korea Selatan untuk PBB, Joonkook Hwang, menyatakan tentara Korea Utara "sebenarnya adalah budak Kim Jong Un, dicuci otaknya untuk mengorbankan nyawa mereka di medan perang jauh demi mengumpulkan uang untuk rezimnya dan mengamankan teknologi militer canggih dari Rusia."
Korea Utara telah berada di bawah sanksi PBB sejak 2006, dan sanksi tersebut semakin diperketat seiring waktu dengan tujuan menghentikan pengembangan senjata nuklir dan rudal balistiknya. Rusia memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB, sehingga tindakan lebih lanjut dari dewan ini tampaknya tidak mungkin terjadi.
- Penulis :
- Khalied Malvino