HOME  ⁄  Internasional

Besarnya Risiko Pembangunan PLTA di Bendungan Himalaya Picu Gempa Tibet?

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Besarnya Risiko Pembangunan PLTA di Bendungan Himalaya Picu Gempa Tibet?
Foto: Tim penyelamat bantu warga terdampak gempa di pengungsian Shigatse, Tibet, Rabu (8/1/2025). (Getty Images)

Pantau - Gempa besar di Tibet bermagnitudo (M) 6.8 yang menewaskan 126 orang dan merusak empat waduk pekan ini kian menyoroti risiko besar.

Pasalnya, lokasi proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang sedang dibangun China dan India di wilayah Himalaya ini dikenal sangat rawan gempa.

Sekitar 68 bendungan besar di Himalaya memanfaatkan potensi besar PLTA dari danau dan sungai di ketinggian tinggi.

Namun, baru sekitar seperlima yang sudah dimanfaatkan, dan sisanya menghadapi risiko gempa. Ada 101 bendungan lainnya yang masih dalam rencana maupun sedang dibangun.

Proyek besar China untuk membangun bendungan PLTA terbesar di dunia, yang lebih besar tiga kali lipat dari Bendungan Tiga Ngarai, juga mengundang kekhawatiran.

Proyek ini diharapkan dapat menghasilkan 34 gigawatt energi bersih, sangat penting bagi target China demi mencapai puncak emisi karbon sebelum 2030.

“Gempa kuat bisa menimbulkan kerusakan langsung,” kata Fan Xiao, mantan kepala insinyur di biro geologi dan mineral Sichuan, China, dalam artikel pada Oktober 2022, seraya memperingatkan proyek Motuo yang disetujui pada Desember 2022, berlokasi di area rawan gempa kuat.

Baca juga:

Meskipun PLTA menawarkan solusi energi bersih penting untuk China dan India--dua negara penghasil gas rumah kaca terbesar--risiko gempa di wilayah Himalaya sangat tinggi. Gempa besar di Nepal pada 2015 bahkan menutup hampir 20 persen PLTA selama lebih dari setahun.

C P Rajendran, geolog asal India, menyebutkan pembangunan lebih banyak bendungan di Himalaya tak berlanjut, mengingat risiko gempa dan dampak ekologis yang ditimbulkan waduk raksasa di jalur patahan.

Kementerian Sumber Daya Air (SDA) China juga telah menyuarakan keprihatinannya tentang reservoir yang sudah tua, banyak di antaranya dibangun antara era 1950-an dan 1970-an. Namun, belum ada pernyataan resmi terkait bendungan rusak akibat gempa di Tibet.

Proyek Motuo, yang berada di hulu sungai Yarlung Zangbo, telah diuji secara ketat guna pencegahan bencana, namun analisis lebih lanjut masih diperlukan dalam menilai risiko spesifik di lokasi tersebut.

Fan Xiao berpendapat, proyek besar ini tak terlalu diperlukan, mengingat permintaan PLTA di Tibet yang jarang penduduknya dan biaya besar untuk mengirimkan listrik ke wilayah lain.

Bahkan, beberapa proyek bendungan besar mungkin lebih didorong oleh faktor ekonomi dan potensi keuntungan finansial ketimbang kebutuhan energi itu sendiri.

Penulis :
Khalied Malvino