Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Trump Biang Kerok Operasi Terbaru Militer Israel di Jenin?

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Trump Biang Kerok Operasi Terbaru Militer Israel di Jenin?
Foto: Militer Israel memindahkan sejumlah warga Palestina yang ditangkap selama razia militer di Jenin, dekat pos perbatasan Muqeibila di Tepi Barat yang diduduki, pada Rabu (22/1/2025). (Getty Images)

Pantau - Operasi militer Israel di Jenin, Tepi Barat, Palestina, menimbulkan kekhawatiran baru. Pasalnya, kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir direncanakan berlaku selama enam pekan sejak 19 Januari 2025.

Baca juga: Israel Berulah Lagi, Ribuan Keluarga Palestina Dipaksa Mengungsi dari Jenin!

Tampaknya, operasi terbaru militer Israel ini merupakan pelanggaran serius. Gencatan senjata seharusnya tidak hanya berlaku di Jalur Gaza, namun juga di seluruh wilayah Palestina, termasuk Tepi Barat.

Ditambah lagi dengan putusan Mahkamah Internasional (ICJ) yang memerintahkan evakuasi pemukim ilegal Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Kepada Pantau.com, dosen tetap Ilmu Hubungan Internasional (HI) Bina Nusantara (Binus) Jakarta sekaligus Anggota Middle East Studies Association (MESA), Tia Mariatul Kibtiah menilai, operasi militer Israel ini dimulai dengan langkah Trump yang mencabut sanksi terhadap pemukim ilegal Israel di Tepi Barat.

"Kesepakatan gencatan senjata dengan Gaza ternyata tidak berlaku di Tepi Barat. Padahal, sesuai Kesepakatan Oslo II tentang pembagian wilayah Palestina, posisi Tepi Barat seharusnya tetap diakui. Dengan situasi seperti ini, kita bisa melihat bahwa tindakan Zionis sangat tergantung pada siapa yang menjadi Presiden AS," ujar Tia, Kamis (23/1/2025).

Baca juga: Serangan Israel di Jenin Tewaskan 10 Warga Palestina

"Trump dikenal tidak pernah berkompromi dalam konflik Palestina-Israel, bahkan kerap kali mengambil keputusan sepihak," sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, militer Israel melanjutkan operasi militer di kota Jenin, Tepi Barat utara, pada Rabu (22/1/2025). Ini merupakan hari kedua operasi militer Israel secara berturut-turut usai diberlakukannya gencatan senjata di Jalur Gaza.

Menurut saksi mata, tentara Israel menggerebek beberapa lingkungan di kamp pengungsi Jenin dan menggempur sejumlah lokasi di daerah tersebut.

"Suara tembakan dan ledakan terdengar saat buldoser Israel menghancurkan infrastruktur dan pertokoan di kamp tersebut," ungkap saksi mata tersebut, melansir Anadolu.

Baca juga: Operasi Militer Israel di Jenin Berlanjut, 10 Korban Tewas

Setidaknya 10 warga Palestina tewas dan 40 lainnya terluka dalam operasi militer Israel pada Selasa (21/1/2025), menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina.

Militer Israel menyatakan operasi Jenin yang diberi nama kode "Iron Wall" diprediksi akan berlangsung beberapa hari ke depan.

Media Israel melaporkan, operasi Jenin ini merupakan langkah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk meredakan ketegangan dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Bezalel Smotrich, yang menentang kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Menurut surat kabar Yedioth Ahronoth, Netanyahu berjanji kepada Smotrich untuk melancarkan serangan ke Jenin sebagai imbalan atas dukungannya untuk tetap berada di dalam pemerintahan.

Baca juga: Aksi Pemukim Ilegal Israel di Tepi Barat Picu Ketegangan Baru usai Pemberlakuan Gencatan Senjata

Ketegangan semakin memuncak di seluruh Tepi Barat yang terjajah akibat perang genosida Israel terhadap Gaza, yang telah mengakibatkan sedikitnya 47.000 korban jiwa, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta lebih dari 110.700 orang terluka sejak 7 Oktober 2023.

Setidaknya 870 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 6.700 lainnya terluka akibat tembakan tentara Israel di wilayah yang terjajah, menurut Kemenkes Palestina.

Perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, yang menghentikan sementara perang Israel terhadap wilayah Palestina tersebut.

Pada Juli 2024, Mahkamah Internasional (ICJ) menyatakan pendudukan Israel selama beberapa dekade atas tanah Palestina adalah ilegal dan menuntut evakuasi semua pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Penulis :
Khalied Malvino