
Pantau - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mendesak Hamas untuk tetap melanjutkan rencana pembebasan tahanan pada Selasa (11/2/2025), sehari setelah kelompok tersebut mengumumkan penghentian pertukaran sandera.
Baca juga: Hamas Lepas 3 Sandera Israel, 183 Tahanan Palestina Dibebaskan Hari Ini
"Kita harus menghindari dengan segala cara dimulainya kembali pertempuran di Gaza, yang akan memicu tragedi besar," ujar Guterres dalam pernyataannya.
Pada Senin (10/2/2025), Hamas mengumumkan pihaknya bakal menghentikan pertukaran sandera Israel hingga pemberitahuan lebih lanjut. Keputusan ini diambil setelah mereka menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata Gaza, yang meningkatkan risiko konflik kembali berkobar.
Sebelumnya, Hamas dijadwalkan membebaskan lebih banyak sandera Israel pada Sabtu (8/2/2025) sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel. Pertukaran ini telah berlangsung selama tiga pekan terakhir.
Baca juga: 110 Tahanan Palestina akan Dibebaskan Hari Ini, Termasuk 30 Anak-anak
Sementara itu, utusan Israel kembali dari Doha, Qatar, setelah menggelar pembicaraan mengenai fase berikutnya dari gencatan senjata Gaza. Kantor Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, mengonfirmasi pertemuan tersebut seiring ketidakpastian terkait upaya perdamaian yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar.
"Kedua belah pihak harus sepenuhnya mematuhi komitmen dalam perjanjian gencatan senjata dan melanjutkan negosiasi di Doha untuk memasuki fase kedua," tutur Guterres.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menegaskan pada Senin (10/2/2025), bahwa Hamas harus membebaskan semua sandera Israel di Gaza paling lambat Sabtu (15/2/2025) siang. Jika tidak, Trump mengancam akan membatalkan gencatan senjata Israel-Hamas dan membiarkan "neraka pecah."
Merespons pernyataan Trump, pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri kepada Reuters menekankan bahwa satu-satunya cara untuk memastikan kembalinya para sandera Israel adalah dengan menghormati perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Sumber: REUTERS
- Penulis :
- Khalied Malvino