
Pantau - Presiden baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, mengungkapkan pandangannya dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Senin (10/2/2025) terkait rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait relokasi warga Palestina dari Gaza.
Baca juga: Hamas Kecam Trump soal Rencana Membeli Gaza
Sharaa menyatakan rencana Trump untuk mengambil alih Gaza dan mengembangkan wilayah tersebut secara ekonomi setelah pemindahan warga Palestina adalah sebuah "kejahatan serius yang pada akhirnya akan gagal."
Trump sebelumnya menyatakan AS bakal mengambil alih Gaza yang hancur akibat perang. Trump juga bilang bakal mengembangkan kawasan tersebut, sementara warga Palestina akan dipindahkan ke tempat lain tanpa hak untuk kembali ke Gaza.
Menyikapi pernyataan Trump, Sharaa yang merupakan anggota kelompok militan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang pernah berafiliasi dengan al-Qaeda, menilai rencana Trump berpotensi gagal.
Baca juga: Senator AS Tolak Rencana Trump Ubah Gaza Jadi Real Estat
Sharaa, yang menjadi presiden dalam fase transisi setelah kelompoknya menggulingkan Bashar al-Assad, menegaskan tak ada kekuatan yang bisa memaksa rakyat untuk meninggalkan tanah mereka.
Dia menambahkan banyak negara telah mencoba, namun semua gagal, terutama selama konflik di Gaza dalam 1,5 tahun terakhir.
Sharaa menyatakan, tidak bijaksana, baik dari segi moral maupun politik, bagi Trump untuk memimpin usaha relokasi paksa warga Palestina dari tanah mereka.
Baca juga: Scholz Bilang Rencana Trump di Gaza adalah Skandal
Sharaa menekankan, selama lebih dari 80 tahun konflik ini, segala upaya untuk mengusir warga Palestina telah gagal. Setiap generasi Palestina belajar pentingnya mempertahankan tanah mereka, dan mereka yang pergi selalu menyesali keputusan itu.
Beberapa negara Arab, termasuk Mesir dan Yordania, menentang keras upaya untuk memindahkan warga Palestina keluar dari Gaza.
Mereka khawatir relokasi massal ini kian melemahkan kemungkinan tercapainya solusi dua negara, yaitu pembentukan negara Palestina berdampingan dengan Israel, serta akan membebani negara-negara Arab dengan dampak dari pergerakan tersebut.
Sumber: REUTERS
- Penulis :
- Khalied Malvino