
Pantau - Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyatakan keprihatinannya atas krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di wilayah timur Republik Demokratik Kongo.
Konflik berkepanjangan mengakibatkan sekitar 350 ribu pengungsi internal kehilangan tempat tinggal, setelah kamp-kamp sementara mereka hancur akibat pertempuran atau terkontaminasi sisa-sisa bahan peledak yang belum meledak.
Pemberontak M23 yang didukung Rwanda berhasil merebut kota terbesar di Kongo timur, Goma, Januari 2025 dan terus bergerak ke selatan. Pergerakan ini dikhawatirkan dapat memicu krisis kemanusiaan yang lebih besar, terutama bagi ribuan pengungsi yang sudah berlindung di wilayah tersebut.
Juru bicara UNHCR, Eujin Byun, dalam konferensi pers virtual di Jenewa, menyebut sekitar 70 persen kamp pengungsi di Goma telah hancur, sementara sebagian lainnya di Minova mengalami kerusakan parah.
"Ratusan ribu orang kini terpaksa tinggal di tempat-tempat darurat seperti gereja dan rumah sakit," kata Byun.
Baca juga: CODECO Serang Desa di Kongo Timur, Lebih dari 80 Warga Sipil Tewas
Selain kehilangan tempat tinggal, kriminalitas meningkat dan ancaman wabah penyakit semakin nyata akibat keterbatasan bantuan kemanusiaan di tengah konflik yang masih berlangsung.
Konflik terbaru juga menewaskan lebih dari 80 warga sipil setelah kelompok bersenjata CODECO menyerang beberapa desa di Kongo timur pekan ini, menurut laporan Misi Perdamaian PBB, MONUSCO.
CODECO, salah satu milisi yang terlibat dalam perebutan lahan dan sumber daya di wilayah tersebut, sering menyerang kamp-kamp pengungsi yang semakin membesar sejak M23 memulai serangannya.
Sementara itu, Rwanda kembali dituduh mendukung kelompok M23 dengan pasukan dan persenjataan, tuduhan yang dibantah oleh pemerintah Kigali. Hingga kini, konflik menewaskan setidaknya 3.000 orang dan menimbulkan ratusan ribu lainnya mengungsi.
Sumber: REUTERS
- Penulis :
- Khalied Malvino