
Pantau - Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin mengkhawatirkan setelah Israel memutus total pasokan listrik ke wilayah tersebut sejak Minggu (9/3). Langkah ini memperparah krisis yang sudah berlangsung selama lebih dari 16 bulan, di mana akses terhadap air bersih dan bahan makanan semakin terbatas.
Menurut laporan, instalasi desalinasi Deir al-Balah yang menyediakan air minum bagi ribuan warga Gaza kini berhenti beroperasi akibat tidak adanya pasokan listrik. Pelapor Khusus PBB, Francesca Albanese, memperingatkan bahwa tanpa listrik, akses terhadap air bersih akan terhenti, yang berisiko memicu bencana kekeringan serta penyebaran penyakit.
Baca Juga:
Israel Desak Badan PBB dan LSM Gantikan UNRWA di Jalur Gaza
Selain pemadaman listrik, Israel juga dikabarkan menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk makanan dan obat-obatan, ke wilayah Gaza. Organisasi kemanusiaan internasional mengungkapkan kekhawatiran bahwa situasi ini dapat menyebabkan kelaparan massal serta membahayakan kesehatan lebih dari dua juta penduduk di wilayah tersebut.
Juru bicara Perusahaan Distribusi Listrik Gaza, Mohammad Thabet, menyebut bahwa sejak November 2024, Israel hanya memasok lima megawatt listrik ke Gaza sebelum akhirnya memutusnya sepenuhnya. Hal ini berdampak pada operasional rumah sakit, pusat medis, serta layanan darurat yang kini terancam lumpuh.
Masyarakat internasional, termasuk PBB dan organisasi hak asasi manusia, mendesak agar akses listrik dan bantuan kemanusiaan segera dipulihkan guna mencegah bencana lebih lanjut. Sementara itu, perundingan terkait perpanjangan gencatan senjata dan distribusi bantuan terus berlangsung di tingkat diplomasi global.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah