HOME  ⁄  Internasional

Militer Israel Alami Krisis Amunisi Usai 12 Hari Serang Iran, Gencatan Senjata Resmi Diberlakukan

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Militer Israel Alami Krisis Amunisi Usai 12 Hari Serang Iran, Gencatan Senjata Resmi Diberlakukan
Foto: Militer Israel Alami Krisis Amunisi Usai 12 Hari Serang Iran, Gencatan Senjata Resmi Diberlakukan(Sumber: ANTARA FOTO/JINI via Xinhua/Gideon Markowicz/bar.)

Pantau - Militer Israel dilaporkan mengalami krisis amunisi setelah melakukan serangan intensif selama 12 hari terhadap Iran, memicu kekhawatiran atas kemampuan tempur negara tersebut di tengah situasi yang masih genting.

Kekurangan Senjata Jadi Alasan Mendesak Gencatan Senjata

Laporan NBC News yang mengutip sejumlah pejabat Amerika Serikat menyebutkan bahwa krisis tersebut mencakup kekurangan senjata penting dan amunisi, meski identitas para pejabat tidak disebutkan.

Serangan besar-besaran Israel terhadap Iran dimulai pada 13 Juni 2025, dengan tuduhan bahwa Iran tengah mengembangkan program nuklir untuk kepentingan militer secara rahasia.

Sebagai respons, Iran segera meluncurkan serangan balasan bertajuk Operation True Promise 3 dan menghantam sejumlah target militer di wilayah Israel pada hari yang sama.

Iran membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.

Dukungan terhadap klaim Iran datang dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang melalui Direktur Jenderal Rafael Grossi pada 18 Juni menyatakan belum menemukan bukti bahwa Iran tengah mengembangkan senjata nuklir.

Eskalasi Serangan Libatkan AS, Gencatan Senjata Disepakati

Ketegangan meningkat saat Amerika Serikat turut melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni 2025.

Sebagai balasan, Iran menembakkan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar pada 23 Juni.

Malam harinya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Iran telah menyepakati gencatan senjata untuk mengakhiri perang selama hampir dua pekan.

Pada 25 Juni 2025, Trump mengonfirmasi bahwa gencatan senjata resmi diberlakukan oleh kedua belah pihak.

Mantan Duta Besar Inggris untuk Suriah, Peter Ford, menyatakan bahwa meskipun ada potensi pelanggaran, gencatan senjata kemungkinan besar akan bertahan.

Menurut Ford, Israel kini berada dalam posisi yang lebih membutuhkan perdamaian karena telah kehilangan daya tempurnya akibat krisis logistik dan amunisi.

Penulis :
Aditya Yohan