
Pantau - Retorika terbaru dari sejumlah pejabat Amerika Serikat yang menuding ekspor China "membanjiri" pasar global dan menyerukan perlunya "penyeimbangan kembali" ekonomi China dinilai sebagai narasi lama yang digunakan untuk melemahkan posisi ekonomi China di dunia.
Pernyataan tersebut dianggap mengabaikan kenyataan bahwa ekonomi China kini tengah mengalami transformasi besar menuju pertumbuhan berkualitas tinggi yang didorong oleh konsumsi domestik dan inovasi teknologi.
Meskipun nilai total ekspor China tetap tinggi, kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional terus menurun selama beberapa tahun terakhir.
Proporsi ekspor China saat ini bahkan lebih rendah dibandingkan negara-negara seperti Vietnam, Jerman, dan Korea Selatan.
Konsumsi Domestik dan Inovasi Jadi Penggerak Ekonomi Baru
Data menunjukkan bahwa pada tahun 2024, belanja konsumen menyumbang lebih dari 40 persen terhadap pertumbuhan PDB China, dengan kontribusi sebesar 2,2 poin persentase.
Kinerja ini menjadikan konsumsi domestik sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Nilai impor China juga meningkat signifikan, mencapai lebih dari 2,64 triliun dolar AS pada 2024, atau naik lebih dari 10 kali lipat dibandingkan tahun 2000.
Transformasi ekonomi China juga tercermin dalam sektor manufaktur, yang berkembang berkat kombinasi antara upaya domestik dan kolaborasi global.
Pertumbuhan industri ini didorong oleh keunggulan komparatif dan permintaan pasar, serta peran aktif perusahaan asing yang membangun pusat penelitian dan pengembangan (research and development) di China.
Manufaktur China kini beralih ke sektor bernilai tambah tinggi, termasuk ekspor kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) yang menjadi simbol penting dalam perubahan arah industri otomotif global.
China kini tidak hanya berperan sebagai “pabrik dunia”, tetapi juga sebagai “laboratorium dunia” yang berkontribusi dalam rantai nilai global.
Menolak Pemisahan Ekonomi, Dorong Sistem Global yang Inklusif
Dengan posisinya dalam rantai pasok global, China terus meningkatkan kapasitas produksi dan kemampuan inovasi guna membangun sistem rantai nilai global yang lebih inklusif, efisien, dan menguntungkan semua pihak.
Strategi ini bertujuan untuk memperluas kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat internasional melalui kolaborasi dan pembangunan bersama.
Retorika “penyeimbangan kembali China” yang diusung oleh sejumlah politisi AS dinilai justru mencerminkan upaya pemisahan ekonomi (decoupling) yang tidak realistis dalam era keterhubungan global saat ini.
Langkah tersebut dipandang tidak akan efektif, karena ekonomi dunia membutuhkan kerja sama berbasis saling menguntungkan, bukan persaingan berdasarkan pola pikir menang-kalah.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf