
Pantau - Perdana Menteri Kamboja Hun Manet pada Kamis meminta intervensi segera dari ASEAN guna menghentikan eskalasi ketegangan yang terjadi di perbatasan Kamboja-Thailand antara pasukan militer Thailand dan warga sipil Kamboja.
Permintaan Langsung kepada Ketua ASEAN
Hun Manet menyampaikan permintaan tersebut setelah melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon dengan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim.
Malaysia saat ini menjabat sebagai Ketua ASEAN tahun 2025.
"Karena situasi yang terus berkembang secara mengkhawatirkan hari ini, saya telah meminta Yang Mulia Anwar Ibrahim untuk segera mengintervensi demi menghentikan eskalasi ketegangan antara angkatan bersenjata Thailand dan warga sipil Kamboja dengan mempertahankan status quo," ungkap Hun Manet melalui akun media sosial X.
Sementara itu, pada hari yang sama, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menyatakan bahwa pasukan bersenjata Thailand telah diberikan wewenang penuh untuk mengambil keputusan di lapangan terkait konflik di wilayah perbatasan.
Pernyataan tersebut dikutip dari laporan media Thailand, Thai PBS.
Luka-Luka dan Gencatan Senjata yang Rapuh
Ketegangan memuncak setelah otoritas Kamboja melaporkan bahwa 24 warganya terluka akibat bentrokan dengan tentara Thailand pada Rabu lalu.
Bentrokan terjadi saat tentara Thailand memasang pagar kawat berduri di sepanjang garis perbatasan yang masih disengketakan.
Pihak Thailand kemudian mengonfirmasi bahwa sejumlah personel mereka juga mengalami luka dalam insiden tersebut.
Saat ini, kedua negara berada dalam fase gencatan senjata berdasarkan kesepakatan yang dicapai pada 28 Juli lalu.
Gencatan senjata tersebut merupakan bagian dari upaya menghentikan konflik bersenjata yang sebelumnya telah menyebabkan puluhan korban jiwa dan luka-luka dari kedua belah pihak.
Pada 7 Agustus, Kamboja dan Thailand menyepakati 13 poin kesepakatan, salah satunya adalah mengizinkan pengamat ASEAN untuk memantau implementasi gencatan senjata di wilayah perbatasan yang disengketakan.
- Penulis :
- Aditya Yohan