Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Kampanye 'Kebebasan Perempuan' Gadis Saudi Pasca Kabur

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Kampanye 'Kebebasan Perempuan' Gadis Saudi Pasca Kabur

Pantau.com - Hanya dalam waktu sepekan, Rahaf al Qunun berubah dari seseorang yang bersembunyi di sebuah kamar hotel di bandara Bangkok menjadi salah satu pengungsi yang paling dikenal dunia saat ini.

Setelah mendarat di Toronto, Kanada pada Sabtu (12 Januari 2019), Rahaf dalam 48 jam terakhir berusaha melihat kembali apa yang terjadi pada dirinya selama sepekan terakhir. Gadis berusia 18 tahun tersebut melarikan diri dari keluarganya di Saudi, ketika mengunjungi Kuwait sebelum terbang ke Ibukota Thailand, Bangkok, 5 Januari.

Dia memiliki visa valid untuk mengunjungi Australia namun ditahan oleh pihak imigrasi Thailand segera setelah dia mendarat dalam penerbangan dengan Kuwait Airlines. Setelah diberitahu bahwa dia akan dipulangkan dengan paksa ke Arab Saudi, ia bersembunyi di dalam kamar hotelnya untuk menghindari deportasi dan mengirimkan cuitan di Twitter mengenai apa yang terjadi dengan dirinya.

Baca juga: Bukan Australia, Kanada Akhirnya Berikan Suaka Kepada Gadis Saudi

Pemerintah Saudi menentukan garis kehidupan perempuan, pekerjaan apa yang bisa dijalankan, kegiatan apa yang bisa dilakukan. Perempuan bahkan tidak bisa bepergian sendiriian tanpa wali. Dalam sistem yang dikenal dengan nama mahram di Saudi, perempuan seperti Rahaf tidak memiliki hak hukum untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri seperti membuat paspor, tanpa persetujuan laki-laki dalam keluarganya.

Menurut lembaga HAM Human Rights Watch, banyak perempuan Saudi masih dianggap sebagai anak-anak dari sisi, tanpa memandang usia mereka, hal yang bertentangan dengan hukum internasional. Rahaf al-Qunun mengatakan ia ingin menggunakan kebebasan yang dirasakannya sekarang untuk berjuang bagi hak perempuan di Arab dan menghapuskan sistem marham yang didukung dan diterapkan oleh rezim Saudi.

"Saya kira jumlah perempuan yang melarikan diri dari cengkraman pemerintah Saudi dan juga penyiksaan akan meningkat, khususnya karena tidak ada sistem untuk bisa menghentikan mereka." katanya, seperti dilansir ABC News, Rabu (16/1/2019).

Baca juga: Dukung Gadis Saudi, 4 Perempuan Ini Lakukan Aksi Protes Tanpa Busana

Ayah Rahaf memegang posisi penting sebagai gubernur di Arab Saudi dan kemarin keluarganya mengeluarkan pernyataan publik mengatakan remaja putri ini 'memiliki mental yang tidak stabil' dan tidak diakui lagi sebagai keluarga.

Rahaf mengakui bahwa tidak semua permohonan pencari suaka diproses secepat dalam kasus yang dialaminya, dan dia mengatakan bersmpati dengan jutaan pengungsi yang berada di seluruh kawasan Timur Tengah.

"Hidup saya dalam bahaya, namun saya beruntung saya permohonan saya dikabulkan dengan cepat." katanya.

Penulis :
Noor Pratiwi