Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Cerita Shamima Begum, Pengantin ISIS yang Minta Pulang ke Inggris

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Cerita Shamima Begum, Pengantin ISIS yang Minta Pulang ke Inggris

Pantau.com - Seorang remaja perempuan Inggris yang melarikan diri dari rumah untuk bergabung dengan IS dan sekarang ingin kembali ke Inggris telah melahirkan seorang bayi laki-laki di kamp pengungsian di Suriah. Menurut pengacaranya, Shamima Begum yang berusia 19 tahun dan bayinya dalam keadaan sehat.

Berbicara dengan stasiun televisi Inggris Sky News dari Suriah, Shamima mengatakan, dia sebenarnya tidak tahu apa yang akan terjadi ketika dia memutuskan melarikan diri dari rumah dan bergabung dengan IS. Sekarang Shamima ingin membawa bayinya pulang ke Inggris.

"Saya kira banyak orang akan bersimpati dengan apa yang sudah saya alami," kata Shamima dalam wawancara disiarkan hari Minggu pagi, 17 Februari 2019.

"Saya hanya berharap mungkin bagi saya, demi anak saya dan saya, mereka membiarkan saya kembali. Karena saya tidak bisa tinggal di kamp selamanya. Hal yang tidak mungkin. Saya tidak mau membesarkan anak saya di kamp pengungsian karena saya bahkan takut mati di kamp ini," ungkapnya.

Dalam wawancara dengan harian Inggris The Times, Shamima mengatakan, dia sebelumnya sudah dua kali kehilangan bayinya karena sakit dan kekurangan gizi.

Baca juga: Gabung dengan ISIS, Inggris Tolak Keinginan Pulang Shamima

Berita mengenai Shamaia dan keinginannya untuk kembali ke Inggris menimbulkan debat di Inggris mengenai bagaimana menangani warga negara yang bergabung dengan IS, dan sekarang ingin meninggalkan Suriah karena kelompok tersebut hampir kalah.

Melansir ABC News, Rabu (20/2/2019), Shamima Begum adalah salah satu dari beberapa murid perempuan dari kawasan pemukiman di Bethnal Green di London yang pergi ke Suriah di tahun 2015 guna menikahi militan IS.

Ketika itu IS menggunakan internet untuk membujuk anak-anak muda guna bergabung dengan mereka dalam tujuan membangun khilafah Islam di Timur Tengah.

Tidak keberatan dengan pemenggalan kepala

Shamima Begum mengatakan dia hanyalah seorang ibu rumah tangga selama masa bergabung dengan IS.

"Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang berbahaya. Saya tidak pernah membuat propaganda. Saya tidak pernah mendorong orang untuk datang ke Suriah. Jadi mereka hanya perlu bukti bahwa saya tidak melakukan sesuatu yang berbahaya," katanya.

Dia menambahkan, dia 'setuju' dengan pemenggalan kepala yang dilakukan para anggota IS karena dia mendengar hal tersebut diperbolehkan dalam Hukum Islam.

Walau belum jelas apalah Shamima pernah melakukan tindak kejahatan dan juga status hukumnya belum pasti, masih ada kemungkinan dia akan menghadapi tuduhan mendukung IS ketika kembali ke Inggris. Beberapa orang di Inggris berpendapat, Shamina tidak menunjukan penyesalan dan juga dia bisa menjadi ancaman keamanan di Inggris.

Ketika ditanya dalam wawancara Sky apakah dia merasa membuat kesalahan ketika memutuskan pergi ke Suriah, Shamima menjawab "Dalam hal tertentu ya. Namun saya tidak menyesal, karena ini mengubah saya sebagai pribadi. Ini membuat saya lebih kuat, lebih tahan banitng," ungkapnya.

Baca juga: Saat Seruan Trump Soal ISIS Diabaikan oleh Jerman dan Denmark

Menteri Dalam Negeri Inggirs Sajid Javid kepada The Sunday Times mengatakan, dia tidak ragu-ragu untuk mencegah kembalinya warga Inggris yang sebelumnya memutuskan untuk bergabung dengan IS.

"Kalau anda berhasil kembali, anda harus siap untuk ditanyai, diselidiki dan mungkin saja dihadapkan ke pengadilan," kata Javed.

Keluarga Shamina Begum di Inggris mengatakan mereka 'terkejut' dengan komentar remaja berusia 19 tahun tersebut, dan mengatakan dia harusnya boleh dibiarkan kembali ke Inggris dan ditangani oleh sistem hukum di sini.

"Kesejahteraan bayi Shamina adalah hal yang paling penting bagi keluarga kami, dan kami akan berusaha melakukan hal semaksimal mungkin dalam kuasa kami guna melindungi bayi tersebut, yang tidak bersalah dalam seluruh peristiwa ini," kata keluarga.

Keluarga juga mengatakan prihatin dengan keadaan mental Shamima dan merasa bahwa dia mungkin sudah dipengaruhi oleh para pejuang IS.

Penulis :
Noor Pratiwi