Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Presiden Prancis Berharap Trump Pertahankan Perjanjian Nuklir dengan Iran

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Presiden Prancis Berharap Trump Pertahankan Perjanjian Nuklir dengan Iran

Pantau.com - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengaku tidak tahu apakah Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan mempertahankan perjanjian nuklir internasional dengan Iran yang ditandatangani pada 2015 lalu itu.

Perjanjian itu dinilai banyak pihak sebagai harapan terbaik untuk mencegah Iran menguasai teknologi bom nuklir.

Macron, bersama Kanselir Jerman Angela Merkel, bergiliran mengunjungi Washington pada pekan lalu untuk meyakinkan Trump agar tetap bertahan pada perjanjian nuklir itu dan tidak menjatuhkan kembali sanksi terhadap Iran sebelum tenggat 12 Mei.

Baca juga: Dokter Ini Dirampok Usai Beberkan Kesehatan Sebenarnya Donald Trump

Dalam perjanjian itu, Tehran sepakat membatasi kegiatan nuklir mereka dengan balasan pencabutan sanksi ekonomi dari Amerika Serikat. Perjanjian tersebut ditandatangani juga oleh Inggris, China, Prancis, Jerman, dan Rusia.

"Saya tidak tahu apa yang akan diputuskan oleh presiden Amerika Serikat pada 12 Mei mendatang," kata Macron kepada sejumlah wartawan di Sydney setelah bertemu dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull.

Sebelumnya, Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan bahwa perjanjian tahun 2015 ditandatangani dengan asumsi yang salah karena program nuklir Iran ternyata lebih maju dibanding perkiraan pada saat itu.

Baca juga: Israel: Tak Ada yang Ingin Memulai Konflik Perang dengan Iran

Macron sendiri mengaku telah menawarkan kepada Trump perjanjian yang lebih luas dengan Iran, yang kemudian diteruma dengan sangat positif oleh presiden.

"Saya hanya ingin mengatakan bahwa apapun keputusannya, kami harus menyiapkan perundingan yang lebih luas karena saya yakin bahwa tidak ada pihak yang menginginkan terjadinya perang di kawasan," kata dia.

"Tidak ada pihak yang menginginkan eskalasi ketegangan di kawasan," tambah Macron.

Di sisi lain, kunjungan kepresidenan Macron ke Australia, yang hanya terjadi dua kali dalam sejarah, terjadi di tengah meningginya ketegangan di Pasifik, sebuah kawasan yang punya arti penting bagi Prancis.

Penulis :
Widji Ananta