
Pantau.com - Amerika Serikat mengirim pasukan tambahan ke Timur Tengah pada Selasa (31/12) waktu setempat usai ratusan orang menyerbu kompleks kedutaan besar AS di Irak dengan membakar dan meneriakkan: "Matilah Amerika!"
Dilansir Al Jazeera, ratusan orang itu marah karena serangan udara Amerika yang menewaskan dua lusin pejuang milisi pada Minggu kemarin, pendukung kelompok paramiliter Hashd al-Shaabi. Pasukan Mobilisasi Populer melalui pos pemeriksaan tingkat tinggi di Zona Hijau menuntut penghapusan pasukan Amerika di Irak.
Menanggapi serangan tersebut, Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam akun Twitternya bahwa dirinya menganggap Teheran bertanggung jawab penuh atas insiden itu, dan mengatakan para pemrotes akan bertanggung jawab penuh. "Kami berharap irak menggunakan pasukannya untuk melindungi Kedutaan Besar, dan karenanya diberitahukan!"
Trump kemudian memperingatkan bahwa Teheran akan 'membayar harga yang sangat besar' setelah serangan itu terjadi. Namun ketika ditanya tentang kemungkinan ketegangan yang meningkat menjadi perang dengan Iran, Trump mengatakan "Apakah saya mau? Tidak. Saya ingin kedamaian. Saya suka kedamaian. Dan Iran seharusnya menginginkan kedamaian lebih dari siapapun. Jadi saya tidak mau melihat itu terjadi."
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan serangan itu diatur oleh para teroris, salah satunya ia sebut sebagai Abu Mahdi al-Muhandis.
Baca juga: Trump: Iran Bunuh Ribuan Demonstran, Bahkan Lebih
Al-Muhandis telah diidentifikasi sebagai komandan kedua kelompok Hashd al-Shaabi yang didukung-Teheran yang mencakup Kataib Hezbollah, kelompok yang dilanda serangan udara AS.
Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sekitar 750 tentara dari unit tanggap cepat Divisi Lintas Udara ke-82 siap untuk mengerahkan beberapa hari ke depan ke wilayah itu.
"Penempatan ini adalah tindakan yang tepat dan tindakan pencegahan yang diambil sebagai tanggapan terhadap peningkatan tingkat ancaman terhadap personel dan fasilitas AS, seperti yang kita saksikan di Baghdad hari ini," katanya. Sebuah pos media sosial dari Marinir AS mengatakan pasukan dari komando tanggap krisis di Kuwait dikerahkan ke Irak.
Pengerahan 750 tentara merupakan tambahan terhadap 14.000 tentara AS yang telah dikerahkan ke wilayah Teluk sejak Mei sebagai tanggapan atas kekhawatiran tentang Iran, dan serangan yang dilaporkan terhadap pengiriman komersial di Teluk.
Pada saat serangan itu, AS memiliki sekitar 5.200 tentara di Irak, terutama untuk melatih pasukan Irak dan membantu mereka memerangi kelompok ISIL (ISIS).
Baca juga: Pemerintah Iran Keluarkan Larangan Perjalanan ke AS
Sementara itu, seorang pejabat AS, yang memberikan rincian yang belum dirilis kepada kantor berita Associated Press dengan syarat anonim, mengatakan brigade penuh sekitar 4.000 tentara dapat dikerahkan.
Pada hari Minggu, AS melancarkan serangan udara ke situs-situs di Irak dan Suriah milik Kataib Hezbollah, sebuah milisi yang didukung Iran, yang Washington katakan sebagai pembalasan atas pembunuhan seorang kontraktor AS. Setidaknya 25 pejuang Kataib Hezbollah terbunuh dalam serangan itu.
Kataib Hezbollah, melalui juru bicaranya Mohammed Muhi, membantah melakukan serangan terhadap fasilitas AS. Hal tersebut memicu protes dan menyerbu kompleks kedutaan besar AS pada hari Selasa.
Para pengunjuk rasa mengibarkan bendera kelompok paramiliter yang kuat Hashd al-Shaabi (Pasukan Mobilisasi Populer), yang terkait dengan Kataib Hezbollah.
- Penulis :
- Kontributor NPW