
Pantau - Orang-orang di masa pandemi COVID-19 fokus menjaga kesehatan fisik dan mentalnya namun tak memprioritaskan kesehatan gigi dan mulut. Pada puncak pandemi COVID-19, banyak orang menghindari dokter gigi kecuali ada keadaan darurat.
Mereka takut akan kemungkinan terpapar COVID-19 di ruang publik apalagi dalam kasus dokter gigi harus melepas masker saat diperiksa.
Namun, sekarang setelah masyarakat dipersenjatai dengan suntikan vaksin dan perawatan lainnya, banyak yang mulai kembali ke dokter gigi setelah beberapa waktu. Tetapi muncul masalah yang sering kali diakibatkan oleh pemeriksaan dan pembersihan gigi yang terlewatkan yaitu :
1. Menggertakkan gigi
Saat pandemi, potensi resesi, dan gejolak politik di kehidupan terasa penuh tekanan. Dan salah satu cara tubuh merespons stres adalah menggertakkan gigi. Saat menggertakkan gigi, akan memecah email gigi dan membuat fraksi vertikal atau horizontal pada gigi. “Tergantung jenis frakturnya, kita bisa melakukan tambalan besar, saluran akar atau bahkan harus mencabut gigi karena hanya sejauh itu rusaknya. Jika merusak gigi yang sehat, itu akan mematahkan gigi dengan tambalan di dalamnya, akan merusak saluran akar dan bahkan akan merusak implan.” kata Dr. Albert Coombs, pemilik Smile Services DC dan anggota Asosiasi Implan Gigi Internasional seperti dilansir Huff Post.
2. Gigi berlubang
Saat pandemi berkaitan dengan lebih banyak jam di rumah. Perubahan gaya hidup ini melibatkan lebih sering mengonsumsi makanan dan minuman manis, menyebabkan tingkat kerusakan gigi yang lebih tinggi, salah satunya gigi berlubang.
3. Kerusakan akar gigi
Gigi berlubang yang kecil jika diabaikan akan bertambah besar dan merusak akar gigi. Lubang gigi yang tidak dirawat dengan baik dapat menyebabkan bakteri tumbuh dan berkembang biak sehingga menyebabkan infeksi yang menyebar ke pulpa gigi.
Sebaiknya untuk menjaga kesehatan gigi, kamu harus pergi ke dokter gigi setiap enam bulan sekali untuk pemeriksaan dan pembersihan area sekitar gigi.
- Penulis :
- Annisa Indri Lestari