
Pantau - Selama 17 tahun Austin Davis bertahan hidup hanya dengan makan macaroni and cheese, yakni pasta macaroni yang dipanggang atau dimasak bersama lelehan keju. Dia tidak bisa menelan makanan lain karena hanya itu rasa makanan yang familiar dengan lidahnya.
Saat pergi ke supermarket, pria yang tinggal di sebuah kota kecil bernama Keystone Heights, Gainesville, Florida, ini menyebut bagian daging mentah sebagai 'pemandangan neraka'. Austin juga tidak mengenali sebagian besar jenis sayur mayur.
"Saya tidak mau bilang kecanduan mac and cheese karena kedengarannya sangat aneh, tapi tubuh saya tidak membiarkan saya makan yang lain," ujar Austin dalam program dokumenter yang ditayangkan Vice.
Austin menyimpan stok macaroni and cheese instan dalam satu lemari besar. Saat mendekati jam makan, pria yang tinggal bersama kakek dan neneknya ini akan membuat menunya sendiri, dan menikmatinya sambil melakukan aktivitas lain.
Austin bukannya tidak sadar bahwa pola dietnya itu bisa mengganggu kesehatan. Bahkan terkadang dia juga merasa mual karena selalu menyantap makanan yang sama. Namun dirinya terlalu takut untuk mencoba diet lain.
"Saat mencoba makan makanan baru, hal pertama yang terjadi adalah seperti ada penutup mata pada makanan tersebut. Meski saya suka apa yang saya coba, secara tidak sadar saya akan muntah," terang Austin.
Menurut dokter dan terapisnya, Austin mengalami gangguan makan yang dinamakan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID). Kondisi ini masuk dalam kategori gangguan kecemasan yang ditandai dengan penolakan terus-menerus untuk makan makanan tertentu atau makan jenis makanan apa pun karena respons negatif dari karakteristik sensorik tertentu dari makanan tersebut.
ARFID biasanya dialami sejak seseorang masih kecil dan ada peristiwa atau pengalaman tertentu yang memicunya. Kondisi ini lebih umum terjadi pada pria dibandingkan wanita.
Austin kini rutin menemui terapis untuk mengatasi gangguan makannya tersebut. Dia berharap indra pengecapnya bisa toleran dengan rasa yang lebih beragam.
- Penulis :
- Annisa Indri Lestari