Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

4 Maret: Hari Anti Eksploitasi Seksual Sedunia

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

4 Maret: Hari Anti Eksploitasi Seksual Sedunia
Foto: Ilustrasi

Pantau - Hari Anti Eksploitasi Seksual Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 4 Maret. Tujuan utama hari tersebut adalah untuk menyatukan dunia dalam memerangi segala bentuk eksploitasi seksual. 

Eksploitasi seksual dinilai menghancurkan kehidupan banyak orang, termasuk pria, wanita, dan anak-anak di seluruh dunia. 

Sejarah Hari Anti Eksploitasi Seksual Sedunia 

Perdagangan seksual dan perdagangan manusia adalah bisnis yang menjijikkan dan berbahaya bernilai miliaran dolar yang telah berlangsung di dunia ini selama bertahun-tahun. 

Menurut UNICEF, lebih dari tiga juta anak di seluruh dunia terkena dampak prostitusi, dan hampir satu juta orang dieksploitasi secara seksual setiap tahunnya. Ini tidak hanya melibatkan gadis-gadis muda dan wanita, tetapi juga anak laki-laki dan pria muda. 

Jutaan orang melakukan perjalanan ke luar negeri untuk berhubungan seks dengan anak-anak. Hal ini telah meningkatkan prostitusi anak di seluruh dunia.

Diperkirakan setiap detik, rata-rata delapan orang jatuh ke dalam jaringan kriminal internasional untuk eksploitasi seksual, perdagangan, dan perbudakan. Hal inilah yang ingin dihapuskan Hari Anti Eksploitasi Seksual Sedunia. 

Eksploitasi seksual adalah salah satu perlakuan terburuk yang bisa diterima oleh manusia, karena itu merampas hak asasi manusia, hak atas kebebasan, martabat, dan bahkan hak untuk mengendalikan tubuh mereka sendiri.

Masalah ini merajalela, tetapi lebih menonjol di Asia Tenggara, Eropa Timur, Amerika Latin, dan negara-negara Karibia. Orang-orang yang diperdagangkan dari negara-negara ini dibawa ke negara-negara maju untuk prostitusi. 

Hal yang paling menyedihkan adalah bahwa kebanyakan anak yang disalahgunakan secara seksual merahasiakan pelecehan tersebut, terutama karena mereka tidak memiliki siapa pun untuk meminta bantuan. 

Bahkan ketika mereka mengaku, mereka sering tidak dipercaya dan akhirnya berisiko lebih besar terhadap masalah emosional, psikologis, sosial, dan fisik.

Penulis :
Aditya Andreas