
Pantau - Kehadiran ketupat lebaran menjadi menu wajib yang mesti disantap seusai salat Idul Fitri. Makanan ini biasanya menjadi teman hidangan bersama opor ayam, rendang dan sambal kentang.
Bahan-bahan yang dibutuhkan terbilang cukup mudah. Hanya beras dan daun kelapa sebagai bungkus ketupat.
Lantas seperti apa sejarah ketupat lebaran?
Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat atau empat laku yang tercermin dari empat sisi ketupat, yaitu:
1. Lebaran, dari kata dasar 'lebar' artinya pintu ampun dibuka untuk orang lain
2. Luberan, dari kata dasar 'luber' artinya melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan
3. Leburan, dari kata dasar 'lebur' artinya bermakna melebur dosa yang dilalui selama satu tahun
4. Laburan, merupakan kata lain 'kapur' bermakna menyucikan diri atau putih kembali seperti bayi.
Kupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Kesultanan Demak pimpinan Raden Fatah awal abad ke-15. Bentuknya yang persegi empat bermakna "kiblat papat lima pancer," sebagai keseimbangan alam yakni 4 arah mata angin yang bertumpu pada satu pusat.
Sejarah Ketupat
Sejarah ketupat sejatinya sudah ada sejak zaman Hindu-Budha di Jawa sekitar tahun 1600-an, di mana Islam mulai menyebar di Jawa. Ketupat pertama kali dikenalkan oleh Raden Mas Sahid atau yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga.
Kupat merupakan hasil perpaduan makan tradisional Tepo yang dibalut anyaman, yang dapat ditemukan di Wengker sekitar Gunung Lawu.
Sunan Kalijaga ketika itu mengenalkan ketupat sebagai makanan lebaran. Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat.
Pada sebuah penelitian yang berjudul Ketupat as Traditional Food of Indonesia oleh Angelina Rianti, menuliskan bahwa Bakda Lebaran dan Bakda Kupat memiliki kaitan yang erat dengan ketupat. Selama Bakda Kupat, hampir setiap rumah terlihat ramai dan orang-orang menganyam daun kelapa menjadi ketupat. Lalu, dimasak dan dibagikan kepada tetangga, keluarga, serta saudara sebagai simbol kebersamaan.
Bagian Penyebaran Agama Islam di Nusantara
Sunan Kalijaga menjadikan Ketupat sebagai budaya dan filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman. Dimana membaurkan pengaruh budaya Hindu pada nilai keislaman, sehingga ada akulturasi budaya antara keduanya. Akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan memengaruhi.
Pada perkembangannya, panganan ini menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara sebagai hidangan utama saat lebaran karena pengaruh Wali Songo dan murid-muridnya, seperti Malaysia yang dibawa prajurit Kesultanan Demak yang kemudian menetap di Semanjung Melayu.
- Penulis :
- Annisa Indri Lestari
- Editor :
- Ahmad Munjin