
Pantau - Ketupat telah menjadi salah satu kuliner yang tak terpisahkan dari tradisi Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Tetapi, apa sebenarnya alasan di balik popularitas ketupat saat Lebaran?
Ketupat adalah nasi yang dimasak dalam bungkusan anyaman daun kelapa muda. Tradisi ini diperkenalkan oleh salah satu dari sembilan wali Islam Jawa, yaitu Sunan Kalijaga atau Raden Said.
Menurut laman Science Direct, Sunan Kalijaga memperkenalkan budaya yang dikenal sebagai Bakda Lebaran. Peristiwa ini adalah waktu di mana umat Muslim berdoa, bersilaturahmi, dan saling memaafkan dengan tulus.
Budaya Bakda Lebaran, yang juga diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, adalah tradisi membuat ketupat. Pada saat Lebaran, hampir setiap rumah mulai menganyam daun kelapa yang diisi dengan beras untuk membentuk ketupat.
Kata ‘ketupat’ diambil dari Bahasa Jawa yang berarti ‘kupat’ atau ‘ngaku lepat’, yang berarti mengakui kesalahan. Ini menggambarkan pentingnya memaafkan satu sama lain dalam tradisi ini.
Selain itu, ketupat juga dikenal dengan istilah ‘laku papat’, yang mengacu pada empat tindakan: Lebaran (hari raya), Leburan (meleburkan dosa), Luberan (membersihkan diri), dan Laburan (berbagi rezeki).
Bentuk ketupat yang segi delapan memiliki makna simbolis. Segi delapan melambangkan keterbukaan dan penerimaan terhadap keragaman budaya. Setiap sisi ketupat dianggap mewakili keberagaman budaya yang harus diterima dan dihargai.
Jadi, popularitas ketupat pada waktu Lebaran bukan hanya sekadar tentang rasa lezatnya, tetapi juga mengandung makna mendalam tentang kerukunan, pengampunan, dan penerimaan terhadap perbedaan budaya.
- Penulis :
- Aditya Andreas
- Editor :
- Muhammad Rodhi