Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Dokter: Lansia Mengompol bukan Kondisi Wajar

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Dokter: Lansia Mengompol bukan Kondisi Wajar
Foto: Ilustrasi lansia (Freepik)

Pantau - Seringkali kita melihat lansia di sekitar kita mengompol atau buang air besar dan banyak yang menganggap ini adalah wajar. Padahal, lansia mengompol bukanlah kondisi yang wajar. Hal ini disampaikan oleh Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Dr. dr. Purwita Wijaya Laksmi, Sp.PD, K.Ger sebagaimana dilansir ANTARA.

"Mengompol atau keluar urine di luar kehendak, tanpa disadari, ini salah disalahpersepsikan sebagai sesuatu yang wajar (terjadi pada lansia). Padahal, itu kondisi tidak normal," kata Purwita dalam sebuah webinar yang dilaksanakan pada Selasa (30/04/2024).

Pertambahan usia membuat organ tubuh ikut menua, hal ini meningkatkan risiko buang air. Purwita mengatakan mengompol pada lansia bisa disebabkan berbagai faktor, mulai dari penurunan kesadaran sampai efek samping obat.

Pada kondisi normal, seseorang bisa menahan keinginan  buang air kecil antara 3 sampai 5 jam. Sejak bangun tidur hingga menjelang tidur, seseorang biasanya berkemih sekitar empat sampai enam kali sehari.

Apabila kandung kemih terlalu aktif atau overactive bladder, seseorang bisa buang air kecil lebih dari delapan kali dalam sehari.

Baca juga: Asam Amino dalam Bumbu Masakan Dapat Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia

Lansia yang mengompol bisa terjadi karena penurunan kesadaran, lansia yang mengalami demensia tidak sadar bahwa dia berkemih. Selain itu, Mengompol juga bisa disebabkan karena menderita penyakit kencing manis dengan kadar gula belum terkontrol.

Konsumsi obat tertentu juga bisa membuat lansia mengompol karena obat memicu tubuh mengeluarkan cairan dari tubuh, termasuk urine.

Lebih lanjut, Purwita mengatakan bahwa mengompol juga bisa disebabkan oleh sembelit. Tinja yang menumpuk di dekat saluran pembuangan bisa menekan kandung kemih sehingga bisa membuat seseorang ingin berkemih.

"Atau karena keterbatasan bergerak sehingga kesulitan mencapai toilet. Misalnya, mengalami nyeri sendi, sebelum sampai toilet sudah mengompol," kata Purwita.

Pada lansia laki-laki, mengompol bisa disebabkan pembesaran kelenjar prostat, sementara pada lansia perempuan karena otot panggul melemah. Otot panggul lemah menyebabkan perempuan mengompol ketika batuk atau bersin karena kandung kemih mengalami tekanan.

"Mengompol tidak bisa dianggap remeh, dilaporkan ketika berobat ke dokter sebagai kondisi kesehatan yang harus dievalusi pada lansia," ujar Purwita.

Dokter akan mengevaluasi apakah mengompol bisa diobati, misalnya dengan latihan penguatan otot panggul (kegel) atau operasi untuk mengatasi pembesaran prostat.

Apabila lansia mengalami demensia, dokter menganjurkan perawat atau orang yang mengurusnya untuk membuat jadwal buang air kecil setiap beberapa jam sekali atau menggunakan popok.

Ia juga mengingatkan bahwa mengompol perlu diatasi karena bisa berdampak kepada kualitas hidup lansia, baik dari segi kesehatan maupun psikologis. Dari segi kesehatan, mengompol bisa menimbulkan risiko infeksi saluran kemih, sementara dari aspek psikologis, seseorang bisa merasa malu untuk bersosialisasi karena selalu ingin buang air kecil.

Sumber: ANTARA

Penulis :
Latisha Asharani