
Pantau - 6 dari 10 generasi muda Korea percaya bahwa memiliki anak setelah menikah adalah hal yang tidak perlu, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran atas menurunnya angka kelahiran di negara tersebut.
Menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Ministry of Gender Equality and Family, sebanyak 60,1 persen responden berusia antara 13 dan 24 tahun mengatakan mereka tidak lagi memandang anak sebagai komponen penting dalam pernikahan, dikutip dari The Korea Times.
Dan ketika ditanya apakah mereka percaya menikah itu penting dalam hidup, hanya 38,5 persen yang setuju, turun sedikit dari 39,1 persen pada tiga tahun sebelumnya.
Di mata para pembuat kebijakan, hasil survei ini mencerminkan tren yang memprihatinkan di negara yang telah berjuang untuk meningkatkan jumlah bayi selama bertahun-tahun. Para ahli di Statistik Korea (sebuah badan pemerintah yang bertanggung jawab mengelola statistik nasional), memperkirakan bahwa angka tersebut akan turun jauh di bawah angka 0,7 pada tahun ini, yang pada akhirnya akan mulai berdampak pada banyak sistem yang sudah ada di masyarakat, mulai dari pendidikan hingga pensiun nasional.
Namun, polling tersebut menunjukkan bahwa pandangan responden yang tidak lazim mengenai pernikahan dan anak tidak mencerminkan skeptisisme mereka terhadap kehidupan atau masa depan mereka.
Ketika ditanya tentang kualitas hidup mereka secara keseluruhan, 29,6 persen mengatakan hal tersebut “berubah secara positif,” melonjak dari 13,4 persen yang mengatakan hal yang sama pada survei sebelumnya pada tahun 2020.
Selain itu, ketika ditanya apakah mereka menganggap masyarakat Korea adil, 54,7 persen setuju dengan pernyataan tersebut, meningkat sebesar 7,1 persen.
Sumber: The Korea Times
- Penulis :
- Latisha Asharani