
Pantau - Liburan menggunakan pesawat adalah pilihan favorit bagi banyak orang untuk mencapai destinasi jauh dalam waktu singkat. Dengan pesawat, kita bisa menjelajahi berbagai kota di benua lain atau menikmati keindahan alam di negara dengan budaya yang berbeda. Namun, perjalanan jarak jauh dengan pesawat sering kali menghadirkan tantangan, salah satunya adalah jet lag.
Jet lag adalah gangguan tidur yang muncul saat seseorang bepergian melintasi zona waktu yang berbeda. Kondisi ini biasanya ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Dalam artikel ini, kita akan membahas arti jet lag, gejalanya, cara mengatasinya, dan upaya pencegahannya.
Arti Jet Lag
Dilansir Siloam Hospitals, Jet lag adalah gangguan tidur serta rasa lelah yang muncul setelah bepergian melintasi zona waktu yang berbeda. Tubuh kita memiliki jam biologis, yang disebut ritme sirkadian, yang mengatur berbagai proses dalam tubuh, termasuk siklus tidur dan bangun. Jet lag terjadi ketika jam biologis tubuh belum beradaptasi dengan zona waktu di lokasi tujuan, sehingga menyebabkan kita mengantuk di siang hari atau terjaga di malam hari.
Baca juga: Arti Have Fun dan Contoh Penggunaannya
Penyebab Jet Lag
Seperti dijelaskan, jet lag disebabkan oleh perubahan ritme sirkadian akibat perjalanan melintasi dua atau lebih zona waktu yang berbeda. Umumnya, ritme sirkadian tubuh membutuhkan waktu beberapa hari untuk menyesuaikan diri. Selain itu, paparan sinar matahari juga dapat memengaruhi ritme sirkadian, karena cahaya mengatur hormon melatonin, yang membantu kita tertidur di malam hari. Ketika terpapar cahaya matahari, kadar melatonin menurun, sehingga tubuh lebih mudah terjaga.
Faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko jet lag meliputi:
- Dehidrasi akibat rendahnya kelembapan di dalam pesawat atau konsumsi alkohol dan kafein selama perjalanan.
- Jumlah zona waktu yang dilintasi—semakin banyak zona waktu yang dilewati, semakin besar kemungkinan terkena jet lag.
- Bepergian ke daerah timur karena zona waktu lebih cepat dibanding arah barat, sehingga tubuh memiliki waktu penyesuaian yang lebih singkat.
- Orang yang sering bepergian, seperti pilot, pramugari, atau pelaku bisnis internasional.
- Usia lanjut yang bisa membuat penyesuaian ritme sirkadian lebih sulit.
Gejala Jet Lag
Jet lag bisa menimbulkan berbagai gejala, dan setiap orang bisa merasakan gejala yang berbeda. Beberapa gejala umum jet lag adalah:
- Gangguan tidur, seperti insomnia.
- Rasa lelah.
- Merasa tidak nyaman.
- Perubahan suasana hati.
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Perubahan nafsu makan.
- Gangguan pencernaan seperti mual atau konstipasi.
- Sakit kepala.
Baca juga: Oversharing: Arti, Penyebab, hingga Cara Mencegahnya
Pengobatan Jet Lag
Jet lag umumnya menyebabkan gejala ringan yang membaik dengan sendirinya tanpa perawatan khusus. Namun, jika gejalanya cukup parah dan mengganggu aktivitas, beberapa cara yang bisa membantu mengatasi jet lag adalah:
- Terapi cahaya: Terapi ini melibatkan paparan cahaya terang yang menyerupai sinar matahari untuk memberi sinyal pada ritme sirkadian bahwa ini adalah waktu bangun.
- Obat-obatan tertentu untuk membantu tidur pada malam hari.
Pencegahan Jet Lag
Beberapa langkah untuk meminimalkan risiko jet lag adalah:
- Menyesuaikan waktu tidur 1–2 jam lebih awal atau lebih lambat beberapa hari sebelum bepergian sesuai zona waktu tujuan.
- Minum air putih yang cukup dan mengurangi konsumsi alkohol atau kafein selama perjalanan untuk mencegah dehidrasi.
- Melakukan peregangan selama di pesawat.
- Mendapatkan paparan cahaya pada siang hari, baik sinar matahari maupun cahaya lampu.
- Menggunakan penutup mata untuk tidur pada penerbangan malam.
- Setelah sampai di tujuan, konsumsi minuman berkafein secukupnya jika diperlukan untuk membantu tubuh menyesuaikan diri dengan waktu setempat.
Baca juga: Mengenal Arti Self-Love: Manfaat hingga Cara Menerapkannya dalam Kehidupan Sehari-hari
Perlu dicatat bahwa penyebab dan gejala jet lag yang disebutkan di atas juga bisa terjadi pada kondisi medis lain, seperti gangguan tidur. Jika jet lag menimbulkan gejala yang sangat mengganggu, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis di lokasi tujuan untuk penanganan lebih lanjut.
- Penulis :
- Nur Nasya Dalila