
Pantau - Belakangan ini, istilah "Abah Popo Siroyo" tengah viral di berbagai platform media sosial, seperti Instagram, TikTok, dan X (Twitter). Ungkapan ini kerap muncul dalam berbagai komentar lucu dan kreatif, membuat banyak netizen terngiang-ngiang dengan rima dan pelafalannya yang unik. Namun, dari manakah asal kata "Abah Popo Siroyo" dan apa makna sebenarnya?
Asal Usul "Abah Popo Siroyo"
Istilah "Abah Popo Siroyo" berasal dari sebuah adegan dalam film "Laut Tengah" yang dirilis pada tahun 2024. "Laut Tengah" adalah film Indonesia yang mengambil latar di Korea Selatan. Film ini menceritakan kisah Bhumi dan anaknya, Suriah, yang menjalani kehidupan di negeri ginseng. Penggunaan bahasa Korea dalam beberapa dialog menambah keunikan film ini. Namun, logat Indonesia yang masih kental pada para pemerannya membuat beberapa dialog terdengar unik dan mengundang tawa, seperti dalam kasus "Abah Popo Siroyo".
Dalam salah satu adegan, karakter Bhumi (diperankan oleh Ibrahim Risyad) meminta "Ppoppo?" kepada anaknya, Suriah (Azkya Mahira). Permintaan tersebut dijawab dengan "Shireo yo!" oleh Suriah. Bhumi kemudian melanjutkan dengan mengatakan, “Abah ppoppo!"
Baca juga: Film Dokumenter Palestina 'No Other Land' Raih Piala Oscar, Berikan Pesan yang Menyentuh Hati
Frasa "popo siroyo" yang belakangan ini viral di media sosial Indonesia berasal dari bahasa Korea, dengan kata aslinya adalah "뽀뽀 싫어요" (ppoppo sirheoyo). Dalam bahasa Korea, "뽀뽀" (ppoppo) berarti "cium" atau "kecupan", sedangkan "싫어요" (sirheoyo) berarti "tidak suka" atau "tidak mau". Jadi, secara harfiah, frasa tersebut berarti "tidak mau cium".
Namun, pelafalan dialog tersebut dengan logat Indonesia membuatnya terdengar seperti "Abah Popo Siroyo", yang kemudian dianggap lucu dan unik oleh netizen Indonesia. Pelafalan yang khas ini membuat istilah tersebut cepat menyebar dan menjadi tren di media sosial.
Meskipun "Abah Popo Siroyo" secara harfiah tidak memiliki makna dalam bahasa Indonesia, kombinasi kata-kata tersebut dan cara pengucapannya yang unik membuatnya menarik perhatian. Fenomena ini menunjukkan bagaimana budaya populer dapat mempengaruhi bahasa dan menciptakan istilah-istilah baru yang viral. Netizen sering menggunakan istilah ini dalam konteks humor atau untuk mengekspresikan perasaan tertentu, meskipun makna aslinya mungkin tidak sepenuhnya dipahami.
Pengaruh Budaya dan Bahasa
Fenomena "Abah Popo Siroyo" mencerminkan bagaimana interaksi antara dua budaya dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan menarik. Penggunaan bahasa Korea dalam film Indonesia, ditambah dengan pelafalan khas Indonesia, menciptakan frasa yang tidak disengaja namun menjadi populer. Hal ini menunjukkan fleksibilitas bahasa dan bagaimana netizen dapat dengan cepat mengadopsi dan memodifikasi istilah baru sesuai dengan konteks budaya mereka.
Istilah "Abah Popo Siroyo" yang tengah viral di media sosial berasal dari film "Laut Tengah" dan merupakan hasil dari pelafalan dialog bahasa Korea dengan logat Indonesia. Meskipun secara harfiah tidak memiliki makna dalam bahasa Indonesia, frasa ini telah menjadi bagian dari budaya populer dan digunakan dalam berbagai konteks humor oleh netizen. Fenomena ini menunjukkan bagaimana interaksi budaya dan bahasa dapat menciptakan istilah-istilah baru yang menarik dan viral.
Bagi Anda yang penasaran dengan asal-usul istilah ini, menonton film "Laut Tengah" dapat memberikan pemahaman lebih dalam tentang konteks dan penggunaan frasa tersebut. Selain itu, fenomena ini juga menjadi contoh menarik tentang bagaimana budaya populer dan media sosial dapat mempengaruhi bahasa dan komunikasi sehari-hari.
Dengan memahami asal-usul dan makna di balik "Abah Popo Siroyo", kita dapat lebih menghargai dinamika bahasa dan bagaimana istilah-istilah baru dapat muncul dan berkembang dalam masyarakat.
- Penulis :
- Pranayla Mauli Fathiha
- Editor :
- Pranayla Mauli Fathiha