
Pantau.com - Kematian anggota keluarga tentu menyisakan luka mendalam bagi siapapun yang ditinggalkannya, karena rasa sayang jugalah yang membuat banyak orang berusaha 'menghantarkan' mereka dengan pemakaman yang layak.
Baca juga: 5 Wanita Cantik Ini Ternyata Agen Mata-mata Mematikan, Berani Ganggu?
Uniknya di Indonesia yang terdiri dari suku dan budaya jugalah yang membuat perspektif berbeda tentang arti pemakaman yang layak. Ada loh pemakaman layak yang dikategorikan aneh atau tidak biasa. Bahkan jadi daya tarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung dan menyaksikan.
Lalu, daerah mana saja di Indonesia yang memiliki pemakaman aneh?
1. Potong Jari, Suku Dani
Suku Dani yang memotong jari (Foto: Archipelagos)
Bukan dialami oleh jenazah yang meninggal, melainkan harus dilakukan oleh para anggota keluarganya yang ditinggalkan harus memotong ruas jari mereka. Tradisi yang cukup mengerikan ini dilakuka Suku Dani di Papua, tapi langkah ini dilakukan sebagai ungkapan rasa sakit dan sedih. Jari yang terpotong menunjukkan sudah berapa anggota keluarga yang meninggalkannya.
Tradisi ini juga disebut Iki Palek, lantaran jari dianggap sebagai simbol persatuan. Maka saat satu ruas jari dipotong pekerjaan mereka jadi tidak sempurna, begitulah seibaratnya keluarga yang tidak lengkap. Tak sampai di sana, mereka yang telah memotong jarinya harus ikut mandi lumpur lalu mengelilingi jenazah yang telah dibakar sambil menangis.
2. Ritual Tiwah, Suku Dayak
Ritual Tiwah (Foto: Adira Finance)
Termasuk dalam kategori upacara besar, tak main-main belasan jenazah yang telah dikubur bertahun-tahun diambil dan dibersihkan kembali, meski hanya tersisa tulang belulang. Tulang-tulang ini kemudian dibaringkan dan dilakukan upacara.
Upacara ini seolah jadi pelengkap menghormati dan membahagiakan arwah yang telah wafat maupun keluarga. Jika upacara ini usai, maka arwah seumpama telah menunaikan kewajiban mulia atau tanggung jawab mutlaknya di dunia.
Baca juga: 5 Perbatasan Negara Paling Unik, Kece Banget Jadi Spot Foto
Berlangsung selama sebulan, keluarga memberikan sesembahan seperti ayam, babi hingga sapi. Persembahan utama sapi ini dikurbankan dengan cara ditusuk, dimana peserta upacara menari, dan menunggu sapi tidak dapat berdiri lagi atau mati lalu dagingnya akan di masak dan di makan bersama. Tak main-main untuk melaksanakan upacara ini membutuhkan biaya hingga Rp50 juta hingga Rp100 juta rupiah.
3. Mumifikasi, Suku Asmat
Mumifikasi Suku Asmat Papua (Foto: Instagram)
Selayaknya mumi di Arab, yakni mengawetkan manusia agar kekal hingga bertahun-tahun. Cara ini dilakukan suku asmat di Papua. Tidak sembarangan jenazah yang diberlakukan mumifikasi, cara ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang berjasa besar saat hidup, seperti kepala suku atau panglima perang.
Caranya, pertama jenazah akan diolesi ramuan alami yang kemudian jasad tersebut diletakkan dekat perapian dan membiarkan asap menerpa kulit jenazah dan menghitam. Asap itulah yang membantu proses mumufikasi, tidak dengan berdiri, jasad diposisikan dalam keadaan duduk.
Saat sudah menjadi mumi, jasad akan dikeluarkan saat acara penting, termasuk saat ada tamu ke rumah jasad akan didudukkan seolah hadir, ini dlakukan sebagai upaya mengenang jasa mereka ketika hidup.
4. Kuburan bayi, Tana Toraja
Kuburan Bayi di Tana Toraja (Foto: iwheeltravel)
Tidak sembarangan jenazah bayi diletakkan di dalam pohon Tarra, yaitu bayi yang berumur di bawah 6 bulan dan belum tumbuh gigi. Masyarakat Toraja menganggap bayi pada umur itu belum berdosa dan harus di makamkan di dalam pohon atau dikenal juga dengan istilah passilliran.
Alasan Pohon Tarra dipilih lantaran memiliki getah yang banyak, dan dianggap sebagai air susu untuk para arwah bayi ini. Pohon tersebut juga seumpama rahim, dengan harapan bayi tersebut akan bereinkarnasi dan tumbuh kembali di rahim ibu sebelumnya.
Dalam bentukkannya, jasad bayi hanya dibekali sehelai kain saat di bawa ke pohon. Setelahnya bayi dibiarkan begitu saja tanpa sehelai benang pun.
5. Pemakanan Truyan, Bali
Pemakanan Truyan (Foto: Wikipedia)
Berada di daerah Kintamani, Bali, Desa Truyan disebut-sebut memiliki suasana yang mistis, mengingat cara memakamkan orang meninggal di desa itu dilakukan dengan meletakkan jenazah begitu saja di tanah, hanya bermodalkan kain ayaman bambu yang berguna menutupi jenazah.
Baca juga: Indonesia Jadi yang Terluas, Ini 5 Negara Terkecil di Asia Tenggara
Uniknya mayat yang diletakkan begitu saja tidak mengeluarkan bau busuk sedikit pun. Konon hal tu terjadi lantaran adanya sebuah pohon besar yang ampuh menyerap bau busuk mayat-mayat tersebut. Pohon itu bernama Taru Menyan, taru artinya pohon dan Menyan artinya harum. Pohon tersebut berjumlah banyak dan banyak berdiri di beberapa area pemakaman.
Adapun syarat yang harus dipenuhi ialah, jenazah tidak boleh lebih dari 11 jenazah, dan hanya jenazah yang meninggal secara wajar dan sudah menikah saja yang boleh di makamkan di area tersebut.
- Penulis :
- Dini Afrianti Efendi