Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

3 Penjelasan Ponpes Al-Zaytun soal Salat Id Pria-Wanita Campur Satu Shaf

Oleh renalyaarifin
SHARE   :

3 Penjelasan Ponpes Al-Zaytun soal Salat Id Pria-Wanita Campur Satu Shaf
Pantau - Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Indramayu mendatangi pondok pesantren Al-Zaytun di Gantar, Indramayu yang viral beberapa waktu lalu. Pasalnya, pondok pesantren tersebut menggelar salat id dengan ada wanita dalam satu shaf atau barisan salat pria dan disebutkan ada satu orang non muslim.

Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Indramayu mengaku sudah mengunjungi dan mengklarifikasi pimpinan Ponpes Al-Zaytun perihal adanya wanita di saf terdepan saat salat Id. Kemenag menanyakan beberapa hal.

Kepala Subbagian Tata Usaha Kantor Kemenag Kabupaten Indramayu, Aan Fathul Anwar mengatakan pihaknya menanyakan soal jarak saf salat yang tidak seperti pada umumnya. Kepada Aan, Ponpes AL-Zaytun mengambil dasar hukum Quran Surat Al-Mujadilah ayat 11.

"Mereka mengambil dasar hukum surat Al-Mujadilah (QS:11), di situ disampaikan bahwa Berlapang-lapanglah dalam suatu majelis. Jadi memberika area ruang untuk kita merasa nyaman dengan satu yang lain terkait social distancing," kata Aan.

"Al-Zaytun itu protap kesehatan memang menjadi pilihan dia dari awal. Alhamdulillah biasanya diswab, tadi enggak," sambungnya.

Ia menjelaskan terkait sosok perempuan yang berada dalam shaf depan. Berdasarkan informasi, Aan mengatakan perempuan tersebut adalah istri dari pimpinan Al-Zaytun Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang.

"Saya ngambil informasi lain, ternyata perempuan itu adalah istri Syekh (Panji Gumilang)," kata Aan.

"Yang non muslim yang diam itu penghormatan kemanusiaan, ditempatkan lah di shaf depan," tambahnya.

Sebelumnya, Warganet geger dengan salat Idul Fitri yang diduga dilaksanakan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Kabupaten Indramayu. Dalam postingan akun Instagram @kepanitiaanalzaytun, dikutip Senin (24/4/2023), terlihat saf salat dibuat berjarak serta ada jamaah perempuan berada paling depan.

Dalam foto lainnya, nampak jamaah perempuan tersebut masih berada di barisan paling depan untuk mendengarkan khutbah. Dokumentasi itu diperkuat dengan video yang diunggah di akun YouTube Al-Zaytun Official dengan judul (AL-ZAYTUN) KHUTBAH IED AL FITHRI 1444 H.

Video itu menampilkan perempuan itu masih terlihat duduk di barisan depan bersama jamaah laki-laki lainnya saat khutbah oleh pimpinan Ponpes Al-Zaytun, Panji Gumilang berlangsung. Video berdurasi satu jam lebih itu diunggah pada Sabtu (22/4/2023).

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indramayu, KH Satori mengaku tidak memahami tata cara peribadatan yang dilakukan Ponpes Al-Zaytun, termasuk pelaksanaan salat Idul Fitri 1444 Hijriah yang menuai kontroversi.

Terkait saf salat berjamaah termasuk saat Idul Fitri, KH Satori mengatakan perempuan seharusnya berada di barisan belakang laki-laki, meskipun secara hukum tidak haram dan tidak membatalkan salat.

“Ya saya tidak tahu praktik. Ada perempuan di depan gitu ya secara hukum tidak haram dan tidak membatalkan tapi tata caranya tidak sesuai dengan tata cara anjuran Rasul tentang saf salat jadi perempuan kan di belakang tidak di depan,” kata Ketua MUI Indramayu, KH Satori saat dihubungi, Minggu (23/4/2023).

Di samping itu Satori menyoroti renggangnya jarak antarjamaah. Menurutnya saat ini tidak ada imbauan tentang aturan salat seperti saat pandemi Covid-19. Sehingga, seharusnya jarak dalam barisan salat lebih rapat.

“Iya berjarak maka itu jangankan kita di tingkat Kabupaten. Sekarang kan sudah tidak ada lagi aturan pembatasan jarak dan sebagainya sudah tidak pandemi lagi tapi tidak tahu ada inisiatif siapa atau aturannya. Secara hukum yang salat itu rapat dan lurus barisannya seperti itu,” jelasnya.

Diakui Satori jika Ponpes Al-Zaytun yang berada di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, terkesan sangat tertutup bahkan eksklusif. Sebab, sampai sejauh ini tidak ada transparansi yang diterima oleh MUI.

“Memang Al-Zaytun itu kan pesantren di Indramayu, eksklusif kita tidak bisa intervensi apa-apa dan kalaupun kita tidak suka juga susah, levelnya nasional pun kadang tidak ditanggapin gitu,” kata Satori.

Dengan adanya praktek salat Idul Fitri 1444 Hijriah yang beredar, MUI pun tidak bisa berbuat banyak atau melakukan intervensi terhadap Ponpes Al-Zaytun.

“Jadi terkait dengan itu, ya kami tidak bisa mengintervensi sebab walaupun berada di Indramayu, masyarakat Indramayu tidak pernah bangga adanya Al-Zaytun di Indramayu gitu. Sebab lagi-lagi ya eksklusif segala sesuatunya tidak mau dicampuri dan tidak ada seseorang pun yang bisa mempengaruhi,” ujar Satori.
Penulis :
renalyaarifin

Terpopuler