Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Soal Sel Mewah Setya Novanto, Fadli Zon: Dari Dulunya Sudah Begitu

Oleh Sigit Rilo Pambudi
SHARE   :

Soal Sel Mewah Setya Novanto, Fadli Zon: Dari Dulunya Sudah Begitu

Pantau.com - Ombudsman RI baru-baru ini melakukan inspeksi mendadak di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, Bandung, dan menemukan fakta bahwa kamar tempat Setya Novanto (Setnov) saat diwawancarai Najwa Shihab beberapa waktu lalu ternyata bukan kamar asli Setnov.

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menilai memang sel yang ditempati Setnov saat ini sudah ada sejak dulu. Menurutnya, sel luas yang ditempati itu merupakan peninggalan Belanda tak perlu direnovasi untuk diperkecil.

Baca juga: 463 Kamar Tahanan LP Sukamiskin Tak Memenuhi Standar

"Sel yang memang luasnya segitu ada 40. Dari dulunya udah begitu katanya. Saya kira masa sel yang sudah dari zaman Belanda begitu mau diperkecil? Ada 40 buah sel yang begitu," ujar Fadli di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/9/2018).

Menurut Fadli, dalam kasus ini tak ada yang diistimewakan sepeti anggapan para peneliti antikorupsi soal tebang pilih penempatan sel di lapas Sukamiskin.

"Kan ada 40. Berarti ada 40 orang yang istimewa? dari dulu begitu kan selnya," tuturnya.

Lebih lanjut, politisi Gerindra menilai ini bukan karena disebabkan kinerja Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly yang tak beres. Ia justru menyarankan, sel yang tak layak di Sukamiskin itu untuk diperbaiki, bukan malah sebaliknya sel yang mewah malah dibuat tak layak.

"Kalau menurut saya selnya harus diperbaiki biar lebih manusiawi. Justru yang jelek jelek itu harus ditambahin. Kalau ada kloset yang masih jongkok, ya harus dibikin jadi kloset duduk. Jadi bukan sebaliknya. Sel itu harus manusiawi," ungkapnya.

Baca juga: Sel Mewah Novanto Terbongkar, Ini Kisaran Harga Barang Mewah di Dalamnya

"Di negara-negara maju demokrasinya sel itu manusiawi. Kan kita bukan menaruh orang di situ untuk membunuh orang itu. Harus juga diperiksa kesehatannya, udaranya, cahayanya, gitu," sambungnya.

Penulis :
Sigit Rilo Pambudi