
Pantau.com - Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan penting alat pendeteksi tsunami bagi Indonesia. Pasalnya, sejak tahun 2012 alat pendeteksi tsunami milik Indonesia rusak.
Rusaknya alat tersebut membuat tsunami yang terjadi di Palu, Jumat, 28 September 2018 lalu, tidak terdeteksi.
"Dari sistem tersebut (alat pendeteksi) itu perlu diperbanyak, memang agak mahal. Paling tidak untuk investasi, mitigasi kalau ada bencana berikutnya," ujar Agus di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/10/2018).
Baca juga: Sejak 2012, Indonesia Tak Punya Alat Pendeteksi Tsunami
Agus mengakui Indonesia berada di wilayah ring of fire yakni wilayah yang masuk rawan bencana. Karena hal itu, maka diperlukan alat yang canggih untuk mendeteksi bencana.
"Faktanya hidup di ring of fire di jalur itu kan dalam tahun terakhir dari awal Januari hingga sekarang banyak bencana ya. Dari mulai Pangandaran, berkaitan dengan ring of fire. Maka jadi pembelajaran yang harus kita jadikan kita ambil sikap tadi (penambahan alat pendeteksi)," tegasnya.
Baca juga: Kisah Mengerikan Tsunami di Donggala dari Mata Media Internasional
Sekadar informasi, sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut alat deteksi tsunami Indonesia atau tsunami buoy sudah tak beroperasi sejak 2012.
"Jadi enggak ada buoy tsunami di Indonesia, sejak 2012 buoy tsunami sudah tidak ada yang beroperasi sampai sekarang ya tidak ada," ujar Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Jl Pramuka, Jakarta Timur, Minggu (30/9/2018).
Ditambah lagi menurutnya, pengetahun masyarakat, sikap perilaku, antisipasi tsunami masih sangat minim. "Kita memerlukan deteksi tsunami yang ditempatkan di laut," ungkapnya.
- Penulis :
- Adryan N