
Pantau - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mengimbau masyarakat untuk menaati larangan pendakian Gunung Merapi yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Imbauan ini disampaikan menyusul diamankannya 20 pendaki ilegal oleh petugas Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) dan Polsek Selo, Boyolali, Jawa Tengah, pada Minggu (13/4).
Pendaki ilegal tersebut terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan karyawan asal Sragen, Solo, Klaten, serta sejumlah wilayah di DIY.
Gunung Merapi sendiri telah ditutup untuk aktivitas pendakian sejak Mei 2018 setelah statusnya meningkat dari "aktif normal" menjadi "waspada" (Level II).
Kemudian pada November 2020, statusnya kembali dinaikkan menjadi "siaga" (Level III) dan belum ada perubahan status hingga saat ini.
"Harapannya, masyarakat mematuhi larangan-larangan yang sudah ditetapkan oleh instansi yang berwenang terhadap Merapi", ujar Kepala BPBD DIY, Biwara Yuswantana.
Ia menegaskan bahwa kondisi Merapi yang tampak tenang bukan berarti aman untuk didaki.
"Masyarakat atau wisatawan jangan coba-coba mempertaruhkan nyawa di Merapi", tambahnya.
Aktivitas Vulkanik Masih Berlangsung, Sistem Peringatan Dini Telah Disiapkan
Meski aktivitas Merapi masih dianggap terkendali, Noviar Rahmad dari BPBD DIY menegaskan pentingnya kewaspadaan.
"Kondisinya sampai hari ini sesuai dengan informasi dan data terbaru dari BPTKG, masih terkendali, belum ada peningkatan ataupun penurunan status dari siaga", ujarnya.
Untuk mitigasi bencana, BPBD DIY telah menyiapkan 278 sabo dam di lereng Gunung Merapi.
Selain itu, sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) juga telah dipasang di titik-titik rawan bencana.
"EWS ini dibangun oleh berbagai pihak, di antaranya 36 unit oleh Pemkab Sleman, tujuh unit oleh BPPTKG, dan juga dari Balai Teknik UGM. Semua sudah terpasang dan memberi peringatan jika aktivitas Merapi meningkat", jelas Noviar.
Berdasarkan data BPPTKG, potensi bahaya dari guguran lava dan awan panas mengarah ke sektor selatan-barat daya yang mencakup Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng hingga 7 km.
Di sektor tenggara, bahaya mengancam wilayah sekitar Sungai Woro sejauh 3 km dan Sungai Gendol sejauh 5 km.
Lontaran material vulkanik dari letusan eksplosif juga berpotensi mencapai radius 3 km dari puncak Merapi.
Laporan BPPTKG periode 27 Maret hingga 3 April 2025 mencatat bahwa morfologi kubah lava barat daya mengalami sedikit perubahan akibat aktivitas guguran lava.
Sementara itu, kubah tengah dilaporkan tidak mengalami perubahan signifikan.
Dari hasil analisis foto udara pada 11 Maret 2025, volume kubah lava barat daya mencapai 3.626.200 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.368.800 meter kubik.
- Penulis :
- Pantau Community