
Pantau - Kebijakan pemerintah yang mewajibkan penempatan 100 persen Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) di dalam negeri selama satu tahun dinilai efektif menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, arus modal masuk, serta cadangan devisa.
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyebut kebijakan ini sebagai langkah penting dalam mengelola ketahanan ekonomi nasional di tengah tekanan global.
"Kebijakan ini akan membantu menstabilkan capital inflow, cadev dan nilai tukar Rupiah," ujar Wijayanto.
Ia menambahkan, kebijakan ini juga berdampak positif terhadap stabilitas sektor perbankan dan memberikan kepastian operasional bagi para eksportir.
"Kebijakan ini juga memberikan kepastian operasional bagi para eksportir," tegasnya.
Tantangan Global dan Rekomendasi Strategis
Meski dinilai positif, Wijayanto menyatakan bahwa kebijakan DHE 100 persen belum cukup untuk menjawab dinamika global yang terus berubah.
Ia menyoroti defisit transaksi berjalan yang masih dialami Indonesia dan potensi penurunan surplus perdagangan akibat kebijakan tarif oleh Presiden AS Donald Trump.
Untuk itu, ia merekomendasikan langkah-langkah tambahan seperti pemberantasan penyelundupan devisa, perluasan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan, serta penguatan pasar ekspor melalui perjanjian perdagangan bebas (FTA).
Wijayanto menjelaskan bahwa peningkatan cadangan devisa pada Maret 2025 merupakan hasil dari tiga faktor utama: peningkatan utang luar negeri, surplus neraca perdagangan, dan efektivitas kebijakan DHE SDA dalam mengonversi surplus tersebut menjadi cadangan devisa.
Cadangan devisa Indonesia tercatat mencapai 157,1 miliar dolar AS per akhir Maret 2025, cukup untuk membiayai 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor termasuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Penempatan DHE di dalam negeri tidak hanya menjaga kestabilan cadangan devisa, tetapi juga memperkuat sektor ekspor sebagai sumber pembiayaan pembangunan.
Instrumen seperti SVBI dan SUVBI juga dinilai membantu eksportir mempertahankan likuiditas tanpa mengorbankan akses pendanaan.
Bank turut memperoleh jaminan kredit yang lebih kuat, mendorong penyaluran kredit produktif secara lebih agresif.
Wijayanto menekankan bahwa kebijakan DHE bukan sekadar soal devisa atau kurs, melainkan arah baru ekonomi nasional yang lebih mandiri.
Perekonomian Indonesia didorong untuk tidak lagi bergantung pada arus modal asing, melainkan bertumpu pada kekuatan internal, khususnya ekspor SDA.
Likuiditas valas yang lebih terkelola turut menjaga stabilitas moneter, membuka peluang bagi pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan berdaulat.
- Penulis :
- Balian Godfrey