
Pantau - Ratusan siswa di Kota Bogor mengalami keracunan massal setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang didistribusikan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bina Insani di wilayah Tanahsareal.
Pemerintah Kota Bogor melalui Wali Kota Dedie A Rachim menyebutkan bahwa makanan yang diduga menjadi sumber keracunan berasal dari dapur SPPG Bina Insani.
Dinas Kesehatan (Dinkes) bersama Pemerintah Kota melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) di 13 sekolah untuk menelusuri penyebab pasti dari kejadian tersebut.
Penyelidikan dan Hasil Sementara Temuan Laboratorium
Sampel makanan, muntahan korban, air minum isi ulang, serta usapan dari wadah makanan dan tangan penjamah diperiksa oleh Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda).
Wakil Wali Kota Bogor Jenal Mutakin menyatakan bahwa seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh Pemkot, khususnya bagi siswa yang tidak memiliki BPJS atau asuransi kesehatan.
Hingga 9 Mei 2025, jumlah korban keracunan mencapai 210 pelajar dari delapan sekolah, terdiri atas 34 pasien rawat inap, 47 rawat jalan, dan 129 mengalami keluhan ringan.
Hasil pemeriksaan sementara menunjukkan bahwa makanan dari MBG mengandung bakteri E.coli dan Salmonella, dengan menu yang dicurigai adalah telur ceplok bumbu barbekyu dan tumis tahu-tauge.
Menu telur diketahui dimasak pada malam hari dan baru didistribusikan keesokan siangnya, sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi baik saat pengolahan maupun distribusi.
Tindakan Pemerintah dan Langkah Pencegahan
Pemerintah Kota Bogor resmi menetapkan kasus ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk memastikan penanganan maksimal terhadap para korban.
"Penanggulangan KLB mencakup penanganan penderita, pencegahan penyebaran, dan mencegah kasus baru," ujar Dedie A Rachim.
Dedie juga menegaskan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap standard operating procedure (SOP) program MBG agar kejadian serupa tidak terulang.
Badan Gizi Nasional (BGN) yang bertanggung jawab atas pengawasan teknis SPPG turut dilibatkan dalam penyelidikan dan perbaikan sistem distribusi pangan.
Pemkot memastikan anak-anak yang menjadi korban akan dipulihkan secara menyeluruh sebelum dipulangkan, dengan jaminan pembiayaan sepenuhnya oleh pemerintah.
- Penulis :
- Gian Barani