Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

IBAS: PUIC Harus Jadi Penggerak Peradaban Islam yang Terbuka dan Berkeadilan

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

IBAS: PUIC Harus Jadi Penggerak Peradaban Islam yang Terbuka dan Berkeadilan
Foto: Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (IBAS) saat menghadiri Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta (sumber: MPR RI)

Pantau - Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (IBAS) menyatakan bahwa Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan peradaban Islam yang ramah, terbuka, dan maju.

Dalam pidatonya pada Pembukaan Sidang Konferensi PUIC ke-19 yang digelar di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu 14 Mei 2025 sore, IBAS menekankan pentingnya peran PUIC dalam membawa Islam sebagai kekuatan peradaban baru yang memperjuangkan liberty, prosperity, dan justice bagi seluruh umat manusia.

"Beberapa waktu lalu, tepatnya Desember 2024, kami Pimpinan MPR RI, telah bertemu langsung dengan Sekretariat Jenderal Organisasi Kerja Sama (OKI) Islam di Jeddah, Arab Saudi, menyampaikan konsistensi dan komitmen Indonesia dalam memperkuat pesatuan negara OKI."

Menurutnya, Konferensi PUIC ini merupakan lanjutan dari diplomasi parlemen Indonesia untuk memperkuat ukhuwah islamiyah dan mempertegas posisi diplomatik Indonesia di dunia Islam.

"Sehingga, menghadiri momentum Konferensi PUIC ke-19 yang digelar di Gedung Nusantara DPR/MPR Republik Indonesia ini, mengingatkan saya pada pertemuan diplomasi tersebut. Dua momentum yang sama-sama perwujudan dari langkah parlemen Indonesia dalam memperkuat posisi diplomasi di dunia islam dengan semangat ukhuwah islamiyah."

Komitmen Perdamaian Global dan Penolakan Islamofobia

IBAS menegaskan bahwa OKI memegang mandat besar untuk membela hak-hak umat muslim di dunia serta mendorong perdamaian dan stabilitas global.

PUIC, menurutnya, menjadi wujud dukungan Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan menyuarakan perdamaian untuk negara-negara yang masih dilanda konflik seperti Sudan, Suriah, dan Yaman.

"Apa yang telah kami sampaikan ketika bertemu langsung dengan Sekretaris Jenderal OKI di Arab Saudi memiliki semangat yang sama dengan Konferensi PUIC ini. Kita tidak ingin lagi melihat pengeboman. Tidak boleh ada lagi pembunuhan dan tidak boleh ada lagi konflik yang menimbulkan air mata penderitaan."

Lebih lanjut, IBAS menyatakan bahwa perjuangan negara-negara muslim tidak hanya untuk membebaskan Palestina dari penjajahan, tetapi juga mengangkat umat dari ketertinggalan.

"Kita ingin melihat dunia Islam yang terus hidup maju, berkah dan bersatu. Maju dalam berpikir, sehat sejahtera dalam ekonomi, dan berhak dalam keadilan untuk semua."

Ia menyerukan agar PUIC bangkit menjadi pusat peradaban baru, bukan sekadar forum diplomasi simbolik.

"Inilah saatnya PUIC bangkit dan semakin maju, tidak lagi hanya menjadi forum diplomasi simbolik semata, tapi juga sebagai poros peradaban baru yang memperjuangkan liberty, prosperity and justice bagi seluruh umat manusia."

IBAS juga menekankan pentingnya kolaborasi antarnegara Islam dalam memperluas kerjasama di bidang ekonomi, teknologi, pendidikan, dan kesehatan.

"Peluang dalam memperluas kerjasama ekonomi, teknologi, memperkuat sistem pendidikan dan kesehatan yang adil, menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, hingga menciptakan masa depan ekonomi umat islam yang berdaya saing."

Tak kalah penting, ia menyoroti tantangan global berupa islamofobia dan pentingnya narasi yang adil terhadap Islam.

"Ketika bertemu dengan Sekretaris Jenderal OKI di Arab Saudi, kami juga menekankan pentingnya upaya global dalam melawan islamofobia. Kita perlu mendorong pemahaman yang benar tentang Islam dan menolak semua bentuk islamofobia. Sudah saatnya narasi global tentang islam berubah."

"Meningkatnya islamofobia secara global menjadi tantangan bersama bagi komunitas muslim PUIC untuk melawan secara terpadu atas diskriminasi tersebut. Seperti melakukan kampanye kesadaran, bergabung dengan badan-badan internasional, dan mempromosikan dialog antar agama dalam melawan stereotip negatif."

Di akhir pidatonya, IBAS menyerukan kebangkitan Islam yang penuh nilai-nilai cinta, kemajuan, dan persatuan.

"Islam adalah kehidupan, pemuda, dan keluarga. Islam adalah cinta. Islam adalah kedamaian. Islam adalah keramahan. Islam senang dalam kemajuan; dan Islam juga bersahabat dalam produktifitas."

“Sebagai Pimpinan MPR RI, kami berharap PUIC bukan hanya sebuah simbolis diplomasi, tapi menjadi wadah yang kuat dan nyata dalam menyuarakan kepentingan umat muslim, melindungi segala hak asasi manusia, memperjuangkan perdamaian, kesejahteraan, dan memajukan dunia serta memastikan pelestarian lingkungan tercapai secara berkelanjutan.”

Penulis :
Arian Mesa