
Pantau - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengajak akademisi, birokrasi, dan praktisi Islam untuk terus meningkatkan kontribusi mereka dalam merespons berbagai isu ekonomi aktual, sebagai bagian dari pilar utama dalam penguatan ekonomi Islam.
“Tentu kita juga berharap para ahli ekonomi Islam bisa terus meningkatkan peran merespons berbagai isu aktual dan juga menjadi agen perubahan, baik di level nasional maupun di institusi global,” ungkap Sri Mulyani dalam acara Sarasehan Ekonom Islam di Jakarta.
Ekonomi Islam Didorong Jadi Sistem Inklusif dan Bermaslahat
Kegiatan Sarasehan Ekonom Islam tersebut merupakan inisiatif dari Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) yang memiliki visi membangun sistem ekonomi yang adil, inklusif, dan selaras dengan nilai-nilai Islam.
Sri Mulyani menekankan bahwa sejak dibentuk dua dekade lalu, IAEI terus berkembang dari lingkup akademik ke ranah penyusunan kebijakan melalui riset dan kajian yang berdampak nyata.
Ia menyoroti bagaimana peran ahli ekonomi Islam menjadi krusial saat menghadapi dinamika global seperti pandemi COVID-19, termasuk dalam mendukung pembangunan infrastruktur nasional.
“Berbagai dinamika global seperti pandemi COVID-19 telah menjadi bukti betapa peran ahli ekonomi Islam menjadi sangat krusial. Saya senang bahwa IAEI telah mengambil peranan aktif dalam merespons gejolak tersebut, bahkan ikut aktif dalam pembangunan infrastruktur nasional,” tambahnya.
Menurut Sri Mulyani, ekonomi syariah tidak hanya menyangkut persoalan halal dan haram, tetapi juga mencakup prinsip tata kelola berdasarkan nilai-nilai luhur seperti amanah, integritas, fatonah, dan siddiq.
Nilai-nilai tersebut menjadi dasar penting untuk membentuk sistem ekonomi yang membawa kemaslahatan bagi seluruh masyarakat.
Menkeu berharap kegiatan seperti Sarasehan Ekonom Islam dapat memperkaya pemahaman lintas disiplin antara ekonomi dan ilmu Islam, agar keduanya bisa disinergikan menjadi rahmatan lil ‘alamiin atau rahmat bagi seluruh umat manusia.
- Penulis :
- Balian Godfrey