
Pantau - Guru Besar dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. apt. Ilma Nugrahani, S.Farm., M.Si., menyampaikan orasi ilmiah berjudul PHARMACIA IN HARMONIA PROGRESSIO: Menuju Farmasi Hijau di Aula Barat ITB, Bandung, Jawa Barat.
Dalam orasinya, Ilma menekankan pentingnya prinsip green pharmacy atau farmasi hijau untuk meminimalkan dampak negatif dari pengembangan dan produksi obat terhadap lingkungan.
"Buangan farmasi itu sejatinya itu banyak sekali, dan itu dampaknya sangat merusak," ungkap Ilma dalam wawancara daring dengan ANTARA.
Ia menjelaskan bahwa melalui riset, pengabdian masyarakat, dan kegiatan akademik di perguruan tinggi, dirinya berupaya meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya penerapan farmasi hijau.
Industri farmasi, menurut Ilma, memang bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan, namun juga dapat menghasilkan pencemaran lingkungan yang serius jika tidak dikelola dengan baik.
Salah satu dampak pencemaran tersebut adalah resistensi mikroba, yang menjadi ancaman nyata bagi kesehatan global.
"Ketika bakteri itu resisten dan berada di alam, artinya bakterinya bertambah kuat, dan saat menginfeksi tubuh manusia dia tidak bisa ditangani dengan antibiotik yang ada dan akhirnya manusia tidak akan sembuh karena bakteri sudah semakin kuat," jelasnya.
Kolaborasi Semua Pihak Jadi Kunci Sukses Farmasi Hijau
Ilma menyebut bahwa penerapan prinsip farmasi hijau perlu melibatkan semua pihak, mulai dari industri, lembaga pendidikan, pemerintah, hingga masyarakat.
Ia mencontohkan bahwa industri farmasi dapat menerapkan prinsip Reduce, Reuse, Recycle untuk mengelola limbah dan meminimalkan pencemaran.
Selain itu, penggunaan energi baru dan terbarukan sangat disarankan dalam proses produksi farmasi untuk mendukung keberlanjutan.
Sekolah Farmasi ITB telah mengenalkan konsep farmasi hijau melalui berbagai mata kuliah, seperti Farmasi Lingkungan, Analisis Keamanan Pangan, Analisis Instrumen Padatan, dan Pengembangan Produk serta Analisis Halal.
"Jadi, mata kuliah-mata kuliah yang bisa disampaikan membuat mahasiswa nantinya jadi lebih aware terhadap lingkungan," ujar Ilma.
Pemerintah juga diharapkan memperkuat regulasi pengelolaan limbah farmasi dan menetapkan standar kesehatan lingkungan demi praktik industri yang berkelanjutan.
Di sisi lain, masyarakat sebagai pengguna akhir obat perlu memahami prinsip farmasi hijau agar dapat berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan.
Gerakan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) disebut Ilma sebagai langkah edukatif untuk menekan limbah obat di masyarakat.
"Kebanyakan orang berpikir, era teknologi itu pasti harus menggunakan alat canggih. Tapi alat canggih itu akhirnya menggunakan bahan yang mahal dan tidak ramah lingkungan," katanya.
"Tapi, apa gunanya kalau maju tapi rusak. Jadi, saya rasa dekat-dekat saja pada alam untuk segala sesuatunya," tutup Ilma.
- Penulis :
- Arian Mesa